Bagikan:

JAKARTA - Ketua Pembina Yayasan Sativa Profesor Musri Musman, menyatakan ganja medis melalui CBD (cannabidiol) oil yang merupakan senyawa nonintoksikasi yang diekstrak dari tanaman ganja (cannabis sativa) memang dapat menangani cerebral palsy.

Alasannya, menurut Prof Musri, saraf CB1 yang berasal dari selebrum yaitu otak, mampu bekerja bersama CB2 dalam saraf tepi.

Hal itu dikatakan Prof Musri menyikapi adanya seorang ibu bernama Santi Warastuti yang viral karena mendorong legalisasi ganja medis untuk anaknya yang menderita cerebral palsy.

"Apakah CBD dapat menangani cerebral palsy? iya! (CBD) akan memberi asupan sinyal (ke otak penderita) agar berjalan sesuai," ujar Musri saat rapat dengar pendapat umum (RDPU) bersama Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 30 Juni. 

Peneliti ganja dari Universitas Syiah Kuala ini menjelaskan, cara kerja minyak CBD (Cannabidiol) adalah dengan bertindak pada bagian otak manusia. Di mana keuntungannya adalah dengan mengembangkan sistem otak penderita cerebral palsy dengan kadar yang disesuaikan.

"Apakah CBD dapat menanggulangi cerebral palsy dalam bentuk yang sudah sendiri atau bersama karena memiliki konsentrasi tertentu? Berapa besar konsentrasi yang dibutuhkan itu? Sangat tergantung, pertama dari tubuh orang tersebut," jelas Musri Musman.

Prof Musri memastikan, tingkat konsentrasi yang diberikan berkisar dari 300 miligram hingga 1.500 miligram tidak akan membuat penggunanya mengalami adiksi. Selain itu, kata dia, takaran dari pemberiannya juga sudah disesuaikan dengan kadar harian penderita cerebral palsy.

"Sudah ditemukan bukti bahwa pemberian 300 miligram hingga 600 miligram per hari si penderita cerebral palsy tidak mendatangkan mabuk, tidak membahayakan, tidak menunjukkan adiksi," kata Musri.

"Karena sebesar-besarnya yang dapat digunakan yaitu 1.500 miligram per hari untuk penderita cerebral palsy," tambahnya.