Bagikan:

JAKARTA - Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mendapat sambutan hangat dari para pemimpin negara dan pemerintahan Kelompok 7 (G7), saat menghadiri KTT kelompok tersebut di Schloss Elmau, Jerman, Senin.

Terkait hal tersebut, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Siti Ruhaini Dzuhayatin mengatakan, gambaran itu merupakan gestur penerimaan yang tulus dan memiliki kekuatan 'trust' dari pemimpin negara-negara G7, terutama dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

"Tentu pertemuan yang bersahabat dan hangat tersebut memunculkan optimisme keberhasilan misi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia," kata Ruhaini, di Gedung Bina Graha Jakarta, Selasa 28 Juni.

Ruhaini menegaskan, misi utama kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia, yakni mendorong penghentian perang dan kesediaan kedua negara duduk bersama dalam perundingan damai, guna mengurangi dampak kemanusiaan terutama korban jiwa dan masalah pengungsian yang rumit.

Selain itu, lanjutnya, untuk menghindarkan dunia dari krisis pangan dan energi yang diakibatkan perang dengan dampak yang mengglobal. Terlebih, saat ini dunia belum sepenuhnya pulih dari krisis pandemi.

presiden jokowi ktt g7
Presiden Jokowi nampak berbincang hangat bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden di sela-sela KTT G7 di Jerman. (Twitter/@jokowi)

Menurut Ruhaini, kehadiran dan sambutan hangat pemimpin dunia terhadap Presiden Jokowi di KTT G7, akan memperkuat misi dan membuka jalan menuju perundingan Rusia-Ukraina untuk mencapai perdamaian.

Selain itu, lanjut dia, juga menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20. Sehingga KTT G20 pada November mendatang benar-benar menjadi upaya pulih bersama dan lebih kuat, dari krisis pandemi dan krisis global yang mengikutinya.

"Presiden menjadikan Presidensi Indonesia pada G20 untuk mengoptimalkan modalitas dan peran Indonesia dalam perdamaian dunia," terangnya.

Untuk itu, sambung Ruhaini, sejak awal Presiden Jokowi menunjukkan komitmen kuat penghentian perang sesuai yang diamanatkan oleh konstitusi, yakni turut serta menjaga perdamaian dunia dan menjaga legacy sebagai pemrakarsa Gerakan Non-Blok yang menyuarakan kemandirian, menentang apartheid, dan tidak berpihak pada pakta militer manapun.

"Ditambah lagi dengan modalitas politik luar negeri bebas aktif yang memungkinkan Indonesia bersahabat dengan negara manapun dalam menjaga ketertiban dunia, termasuk dengan Rusia dan Ukraina," jelas Ruhaini.

"Guru Besar HAM dan Gender UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga menilai, penerimaan Presiden Putin atas kunjungan Presiden Jokowi menunjukkan, bahwa Indonesia memainkan peran sebagai 'true friend' yang tidak segan menegur sahabat demi suatu kebaikan yang lebih besar.

"Meski Indonesia pernah ikut menyatakan serangan militer Rusia ke Ukraini tidak dapat diterima, tapi Presiden Putin tetap menerima kunjungan Presiden Jokowi," imbuh Ruhaini.

"Kita semua berharap misi Presiden dapat meredakan perang dan kedua negara dapat melanjutkan upaya-upaya perdamaian yang lebih permanen," pungkasnya.