Bagikan:

JAKARTA - Kantor Staf Presiden (KSP) menilai keakraban Presiden Joko Widodo dengan para pemimpin dunia di Konferensi Tingkat Tinggi G7, menunjukkan perolehan penerimaan yang tulus dan kepercayaan (trust) terutama dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden sebagai simbol kekuatan barat.

"Tentu pertemuan yang bersahabat dan hangat tersebut memunculkan optimisme keberhasilan misi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa 28 Juni dinukil dari Antara.

Ruhaini menjelaskan misi utama yang dibawa Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah mendorong penghentian perang dan mengajak kedua negara duduk bersama dalam perundingan damai. Hal tersebut untuk mengurangi dampak konflik terutama terkait timbulnya korban jiwa dan masalah pengungsian.

Selain itu, perundingan damai juga ditujukan untuk menghindarkan dunia dari krisis pangan dan energi yang disebabkan oleh konflik militer dalam jangka panjang.

Menurut dia, sambutan hangat pemimpin dunia di KTT G7 akan memperkuat misi dan membuka jalan Presiden Jokowi menuju perundingan antara Rusia dan Ukraina untuk mencapai perdamaian permanen.

Selain itu, keakraban antara Presiden dan para pemimpin dunia akan menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia sebagai Presiden G20 untuk mempromosikan KTT G20 pada November 2022 agar dapat menjadi upaya pemulihan bersama yang jauh lebih kuat.

"Presiden Jokowi menjadikan Presidensi Indonesia G20 untuk mengoptimalkan modalitas dan peran Indonesia dalam perdamaian dunia," tuturnya.

Karena itu pula, kata Ruhaini, Presiden Jokowi selalu menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga perdamaian dunia seperti amanat konstitusi UUD 1945 dan juga menjaga legacy sebagai pemrakarsa Gerakan Non-Blok yang menyuarakan kemandirian, menentang apartheid, dan tidak berpihak pada pakta militer manapun.

"Ditambah lagi dengan modalitas politik luar negeri bebas aktif yang memungkinkan Indonesia bersahabat dengan negara manapun dalam menjaga ketertiban dunia, termasuk dengan Rusia dan Ukraina," ujar Ruhaini.

Guru Besar HAM dan Gender UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga menilai penerimaan Presiden Rusia Vladimir Putin atas kunjungan Presiden Jokowi menunjukkan bahwa Indonesia memainkan peran sebagai true friend yang tidak segan menegur sahabat demi suatu kebaikan yang lebih besar.

"Meski Indonesia pernah ikut menyatakan serangan militer Rusia ke Ukraina tidak dapat diterima, tapi Presiden Putin tetap menerima kunjungan Presiden Jokowi,” kata Ruhaini.

“Kita semua berharap misi Presiden dapat meredakan perang dan kedua negara dapat melanjutkan upaya-upaya perdamaian yang lebih permanen," ucap Ruhaini menambahkan.