Janji Bantu Ukraina dalam Penuntutan Kejahatan Selama Invasi Rusia, Jaksa Agung AS: Tak Ada Tempat Persembunyian Bagi Penjahat Perang
Jaksa Agung AS Merrick Garland. (Wikimedia Commons/The United States Department of Justice)

Bagikan:

JAKARTA - Jaksa Agung Amerika Serikat Merrick Garland berjanji membantu pihak berwenang Ukraina, dalam melakukan penuntutan kejahatan perang yang dilakukan selama invasi Rusia.

Hampir empat bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina, Kyiv mengatakan telah mengidentifikasi ribuan tersangka kejahatan perang. Yang paling terkenal adalah tuduhan pembunuhan sejumlah warga sipil di Bucha, tepat di luar ibukota Ukraina.

"Saya di sini untuk menyatakan dukungan tak tergoyahkan dari Amerika Serikat untuk rakyat Ukraina, di tengah invasi Rusia yang tidak beralasan dan tidak adil," kata Garland setelah bertemu dengan Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova di Krakovets, perbatasan Polandia-Ukraina, seperti melansir The National News dari AFP 22 Juni.

Garland mengumumkan peluncuran Tim Pertanggungjawaban Kejahatan Perang yang dipimpin oleh Eli Rosenbaum, seorang veteran 36 tahun dari Departemen Kehakiman yang sebelumnya memimpin upaya AS, untuk mengidentifikasi dan mendeportasi penjahat perang Nazi.

"Amerika, dan dunia, telah melihat banyak gambar mengerikan dan membaca kisah menyayat hati, tentang kebrutalan dan kematian yang diakibatkan oleh invasi tidak adil Rusia ke Ukraina," ungkap Garland.

"Tidak ada tempat persembunyian bagi penjahat perang. Departemen Kehakiman AS akan mengejar setiap jalan pertanggungjawaban, bagi mereka yang melakukan kejahatan perang dan kekejaman lainnya di Ukraina," paparnya.

Sementara itu, Jaksa Agung Ukraina Venediktova berterima kasih kepada Garland atas dukungannya, menyebutnya "sangat penting".

"Kita semua mengerti bahwa kita memiliki musuh besar," ucapnya.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengecam pembunuhan warga sipil Ukraina di Bucha, pinggiran Kyiv sebagai 'kejahatan perang'.

"Warga sipil dieksekusi dengan darah dingin, mayat dibuang ke kuburan massal, rasa kebrutalan dan ketidakmanusiawian yang tersisa untuk dilihat seluruh dunia, tanpa penyesalan," ujar Presiden Biden April lalu.

"Tidak ada yang kurang dari kejahatan perang besar. Negara-negara yang bertanggung jawab harus bersatu, untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku ini," tegasnya kala itu.

Diketahui, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pembentukan unit baru pada bulan Mei untuk meneliti, mendokumentasikan dan mempublikasikan kejahatan perang yang dilaporkan dilakukan oleh Rusia di Ukraina.