JAKARTA - Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, menuduh ada pengkhianat yang menyampaikan informasi penting kepada pasukan Rusia selama pemboman kota pelabuhan selatan pada awal invasi ke Ukraina.
Boychenko, mengatakan kepada BBC bahwa penghancuran infrastruktur penting kota itu, termasuk pasokan listrik, bisa terkoordinasi dengan baik. Dan dia menduga para pengkhianat yang telah memberikan koordinat kepada Rusia, seperti dikutip dari The Guardian, Senin 13 Juni.
"Mereka tahu di mana harus menembak. Ada banyak pengkhianat yang memberi koordinat. Semua yang kami miliki, semua yang dianggap sebagai infrastruktur penting kota, hancur dalam tujuh hari pertama," keluh Boychenko.
"Ada 15 pasokan listrik di kota. Bahkan wali kota tidak tahu di mana mereka semua. Dan mereka tahu dan dalam seminggu menghancurkan semua 15," lanjutnya.
"Titik air, jalur komunikasi dan gudang penyimpanan makanan dan obat-obatan juga menjadi sasaran," katanya.
Dia menuduh para "pengkhianat" itu adalah wakil dewan kota dari partai pro-Rusia, The Oposisi Platform - For Life, yang sekarang memerintah kota di bawah pendudukan Rusia. Namun informasi ini masih tudingan yang belum terkonfirmasi.
Boychenko juga bilang, lebih dari 100.000 orang masih terjebak di kota yang diduduki Rusia. Mereka menderita karena tidak memiliki air bersih, tidak ada makanan, tidak ada listrik, tidak ada obat-obatan.
BACA JUGA:
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berencana untuk menggelar pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, untuk membahas ekspor biji-bijian yang aman dari Ukraina, menurut video pertemuannya dengan pemuda Turki yang dirilis oleh kantor kepresidenan.
Blokade Laut Hitam yang menyebabkan Ukraina tidak bisa mengekspor gandumnya, menyebabkan jutaan orang di berbagai negara terancam kelaparan dengan Rusia berhasil merebut sebagian besar wilayah pantai Ukraina.
"Ada perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia, dan kami tahu bahwa sebagian besar produk pertanian berasal dari negara-negara ini," ujar Presiden Erdogan, melansir TASS 13 Juni.
"Pada tahap ini, kami tidak memiliki masalah dengan ini, kami memiliki 5 juta ton gandum di gudang kami, tetapi kami ingin meningkatkan volume ini," paparnya.