Wali Kota Harapkan Evakuasi Penuh Penduduk dari Mariupol
Ilustrasi (Wikimedia Commons/manhhai)

Bagikan:

JAKARTA - Wali Kota Mariupol mengeluarkan seruan baru pada Hari Jumat, untuk melakukan evakuasi penuh dari kota di Ukraina selatan tersebut, setelah Presiden Putin mengklaim pasukan Rusia mengendalikan kota tersebut.

Dua bulan mengalami serangan dan pemboman oleh Rusia, Mariupol masih mampu bertahan dan memberikan perlawanan, dengan lokasi pabrik baja Azovstal menjadi benteng terakhir bagi tentara dan warga berlindung.

"Kami hanya membutuhkan satu hal, evakuasi penuh penduduk. Sekitar 100.000 orang masih tinggal di Mariupol," kata Walikota Vadym Boichenko di televisi nasional, melansir Reuters 22 April.

Boichenko, yang tidak lagi berada di Mariupol, tidak memberikan informasi terbaru tentang pertempuran apa pun di dalam atau di sekitar kota di Laut Azov.

Namun dia mengatakan, tanpa memberikan perincian, bahwa 'ejekan' pasukan Rusia terhadap mereka yang tersisa di Mariupol terus berlanjut.

Di bawah pengeboman berat, warga yang tidak melarikan diri selama hampir dua bulan pengepungan dan pertempuran menderita tanpa listrik, pemanas, atau air. Dia juga mengatakan, puluhan ribu penduduk telah tewas. Angka tersebut tidak dapat diverifikasi.

Sebelumnya, Boichenko mengatakan nasib 100.000 warga sipil yang masih terperangkap di Kota Mariupol berada di tangan Presiden Rusia Vladimir Putin.

mariupol
Pemboman di Kota Mariupol Wikimedia Commons/mvs.gov.ua/\Ministry of Internal Affairs of Ukraine)

Dia juga mengatakan, gambar satelit dari situs kuburan massal adalah bukti bahwa Rusia mengubur mayat untuk mencoba menyembunyikannya jasad korban tewas di Mariupol. Rusia membantah menargetkan warga sipil.

Presiden Putin pada Hari Kamis mengatakan, pasukan Rusia telah 'membebaskan' Mariupol, yang akan menjadikannya kota terbesar yang jatuh ke tangan Rusia, sejak dimulainya apa yang disebut Moskow sebagai 'operasi militer khusus' tanpa menargetkan warga sipil.

Putin mengatakan pada Hari Kamis, pasukan Rusia telah "membebaskan" Mariupol, yang akan menjadikannya kota terbesar yang jatuh ke tangan Rusia sejak dimulainya apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus". Baca selengkapnya

Tetapi kontingen pejuang Ukraina masih bertahan di bunker bawah tanah kompleks baja Azovstal, bersama ratusan warga sipil dalam kondisi putus asa, menurut pihak berwenang Ukraina.

Kemarin Presiden Vladimir Putin mengatakan pasukan Rusia telah 'membebaskan' Mariupol, yang akan menjadikannya kota terbesar yang jatuh ke tangan Rusia, sejak dimulainya apa yang disebut Moskow sebagai 'operasi militer khusus' tanpa menargetkan warga sipil.

"Tidak ada rencana untuk membebaskan kota. Itu adalah rencana penghancuran," ujar Boichenko. Dia memperkirakan bahwa 90% dari kota pelabuhan tenggara telah rusak atau hancur sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Terpisah, Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk mengatakan, Ukraina tidak berusaha untuk membangun koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dari kota-kota Ukraina pada Hari Jumat.

"Karena bahaya di rute hari ini, 22 April, tidak akan ada koridor kemanusiaan," tulisnya di Facebook.