JAKARTA - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengenang kepergian putranya, Emmeril Kahn Mumtadz yang sempat hilang selama 14 hari di Sungai Aare, Bern, Swiss, hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Hal ini ia sampaikan usai proses pemakaman Eril di pemakaman keluarga di Cimaung, Bandung, Jawa Barat siang ini, Senin 13 Juni.
Bagi Ridwan Kamil, proses pencarian Eril selama 14 hari terasa sangat panjang dan melelahkan. Ia mengaku sempat bertanya kepada Yang Maha Kuasa atas musibah yang menimpa Eril.
"14 hari ini menjadi begitu panjang dalam kehidupan kami. kami bertanya-tanya mengapa harus selama ini, ya Allah. Mengapa tidak lebih cepat agar semua lekas berlalu, supaya kami yang hidup tidak terlalu lama mengharu biru. Tapi, waktu adalah rahasia Allah yang muskil (sukar) bisa dipecahkan, apalagi menyangkut tentang kelahiran dan kematian," ungkap Ridwan Kamil, Senin, 13 Juni.
Setelah Eril ditemukan hingga dibawa pulang ke Tanah Air, Ridwan Kamil menyadari bahwa sosok Eril selama hidupnya sangat padat penuh manfaat. 23 tahun Eril hidup di dunia, ia menyadari Eril belum bisa menghasilkan karya yang besar.
Namun, dari hilangnya Eril sampai ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, rasa ikhlas menyelimuti Ridwan Kamil dan keluarga karena mendapat begitu banyak empati serta doa yang dipanjatkan dari berbagai pihak.
"23 tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar. Namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar. Kami belajar tentang hidup yang tidak semata terdiri atas lamanya hari tapi tiap hela napas yang dipakai berbuat baik walau kecil dalam sehari-hari," urai Ridwan Kamil.
"Kami mengikhlaskan Eril pergi karena kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya untuk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya. Mungkin akan berat, tapi kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tidak akan pernah lagi melihat jasadnya untuk terakhir kali," lanjut dia.
BACA JUGA:
Jenazah Eril tiba di lokasi pemakaman sekitar pukul 10.55 WIB. Di bawah sinar matahari yang cerah, masyarakat yang telah menanti kedatangan almarhum melantunkan bacaan zikir kalimat tauhid.
Di lokasi ini, masyarakat tumpah ruah memadati pemakaman demi bisa melihat jenazah Eril untuk terakhir kalinya. Dibalut kain penutup, peti jenazah diangkat ke liang lahat.
Prosesi pemakaman dimulai dengan lantunan azan kepada jenazah Eril. Ridwan Kamil, yang duduk tepat di depan jenazah, sesekali menggengam tangan istrinya, Atalia Praratya, dan ibunya, Tjutju Sukaesih untuk menguatkan diri mereka sambil menatap peti jenazah Eril.
Jenazah Eril diturunkan ke liang lahat. Ridwan Kamil bangun dari kursinya untuk ikut menguburkan secara simbolis, untuk kemudian dilanjutkan oleh petugas.
Usai dikuburkan, Ridwan Kamil dan Atalia mengawali diri menabur bunga di atas tanah tempat peristirahatan terakhir Eril dan dilanjutkan oleh keluarga. Kemudian, doa bersama dipanjatkan untuk Eril.