JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani incar dana segar dari instrumen yang dinamakan Cash Waqf Linked Sukuk. Instrumen itu juga biasa dikenal dana abadi wakaf tunai.
Instrumen keuangan tersebut memiliki potensi besar bagi Indonesia. Adapun perhitungannya, jumlah penduduk Indonesia kelas menengah mencapai 74 juta orang.
Kelompok tersebut berpotensi dalam partisipasi gerakan wakaf tunai ini. Dari sisi besaran dananya diperkirakan dapat mencapai Rp217 triliun atau 3,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Karena perhitungan tersebut, Sri Mulyani mengajak masyarakat untuk berwakaf lewat instrumen surat berharga negara seperti surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk.
"Makanya waktu kita luncurkan cash waqf linked sukuk kita memberikan fleksibilitas," katanya, dalam webinar bertajuk Indonesia Menuju Pusat Halal Dunia, Sabtu, 24 Oktober.
Bendahara negara ini mengatakan, wakaf tidak melulu dalam bentuk penyerahan aset fisik seperti tanah yang biasanya dilakukan masyarakat. Namun, juga bisa dalam bentuk tunai yang dana hasil investasinya bisa diwakafkan.
"Jadi bisa saja uang saya, saya wakafkan untuk 2 tahun. Nanti dia cair, balik lagi hasil dari investasi itu yang diwakafkan. Jadi dalam hal inilah kita melakukan sekarang pemasaran untuk cash waqf linked sukuk," jelasnya.
BACA JUGA:
Sejak sukuk itu mulai ditawarkan pada 2018, kata Sri, telah mampu memberikan dampak positif bagi pembangunan di Indonesia. Salah satunya adalah Rumah Sakit Mata Achmad Wardi, Serang, Banten.
Namun sayang, kata Sri, sejak 2018 pihak yang terlibat dalam gerakan wakaf sukuk tersebut adalah investor institusi dengan jumlah pengumpulan dana yang belum terlalu besar. Karena itu, sekarang ditargetkan individu terlibat.
Sri mengatakan, melalui skema investasi wakaf tersebut, masyarakat bisa melalui perbankan syariah yang ada di Indonesia. Nantinya dana yang diwakafkan akan mengendap selama dua atau empat tahun dan tidak bisa diperdagangkan.
"Kita bisa dapat langkah besar untuk mengumpulkan pendanaan sosial," jelasnya.