Bagikan:

JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis atau akrab disapa Kyai Cholil Nafis menyoroti polemik Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) yang semakin marak menunjukkan eksistensinya di ruang publik. 

Baru-baru ini, bendera warna-warni yang merupakan simbol LGBT justru terpampang di ajang balapan Formula E. Di mana, salah satu panitia sponsor global dan pembalap di Formula E mengaku bagian dari komunitas LGBT.

Kyai Cholil Nafis, menyatakan LGBT merupakan perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma agama dan lingkungan masyarakat.

"Menyimpang itu artinya, keinginannya dan perilakunya bertentangan dengan norma agama dan masyarakat," ujar Kyai Cholil Nafis saat dikonfirmasi VOI, Kamis, 9 Juni. 

Oleh karena itu, Kyai Cholil Nafis menilai, menjadi kewajiban masyarakat untuk melakukan pemulihan atau pengarahan agar pelaku LGBT bisa kembali normal. Bila perlu, kata dia, diberikan sanksi bagi pelaku.

"Kewajiban kita menormalkan mereka dengan rehabilitasi. Jika perlu, memberi sanksi, baik sanksi sosial atau sanksi hukum," katanya.

Apabila memang sudah terpapar, Kyai Cholil Nafis mengimbau masyarakat untuk tetap menyayanginya. Kemudian, menyadarkan kaum LGBT tersebut kembali ke kehidupan yang normal.

"Yang sudah terlanjur terpapar LGBT, sayangi mereka dengan menyadarkan agar normal. Perbuatan sodom dan kawin sejenis tak sesuai ajaran agama," ucapnya.

Kyai Cholil Nafis juga mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga diri dan keluarganya agar terhindar dari pergaulan LGBT. Sebab perilaku menyimpang tersebut sangat dilarang keras oleh agama Islam.

"Mari kita jaga diri kita, keluarga dan masyarakat dari LGBT," tegas Kyai Cholil.

Sebelumnya, ramai diperbincangkan terkait kampanye dukungan untuk Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) yang dilakukan salah satu tim, yakni ROKit Venturi Racing. Hal tersebut nampak jelas terlihat dalam unggahan mereka di Instagram.

Dalam unggahan tersebut, tim Formula E itu menampilkan foto mobil mereka dengan bendera warna-warni atau pelangi yang kerap dijadikan simbol LGBT.

"Bagi kami, Juni didedikasikan untuk mengangkat suara, merayakan komunitas LGBTQ+, dan menunjukkan mengapa kami #PoweredByPride. Dengan bangga kami mempersembahkan livery #PrideMonth ekslusif kami," berikut caption yang menyertai unggahan tersebut.

Sementara, Vice President Communication Formula E Jakarta Iman Sjafei mengaku panitia pelaksana tidak mengetahui bahwa salah satu tim pembalap mengampanyekan LGBT dalam gelar balapan.

"Oh iya? Kita malah enggak ngeh," ucap Iman saat dikonfirmasi VOI, Selasa, 7 Juni.

Iman menuturkan, panitia pelaksana sebenarnya tidak mengurusi hal tersebut. Sebab, logo LGBT dalam balapan mobil listrik pada Sabtu, 4 Juni lalu bukan dikampanyekan oleh penyelenggara maupun Formula E Operation selaku instansi pemegang lisensi Formula E.

"Kita kan bekerja samanya dengan FEO dan FEO enggak ada soal itu sama sekali. Kalau FEO yang mendukung LGBT, atau berupa sponsor pendukung LGBT, itu mungkin masih jadi pertimbangan kami. Nah, kalau ini kan cuma salah satu tim," tutur Iman.