Respons PDIP Kala Parpol Saling Ajak Koalisi
Hasto Kristianto/Foto: Antara

Bagikan:

JAKARTA - Partai-partai politik sudah menunjukkan geliat koalisi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Bahkan, sudah terbentuk satu koalisi yang pasti bersatu untuk tampil pada pemilu mendatang. Yakni, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).  

Kemunculan KIB sempat memantik adanya usulan koalisi baru yang ingin dibentuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bahkan secara terbuka, Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, mengajak Partai NasDem dan Partai Demokrat bekerja sama untuk mencalonkan sang Ketua Umum, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Namun, NasDem secara tegas menolak ajakan tersebut. Sementara Demokrat masih menghitung matang ajakan koalisi ini. 

Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Gerindra nampak santai soal berkoalisi. Apakah PDIP justru tak mau berkoalisi? Mengingat partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri ini bisa mengusung capres sendiri?

Kembali ke Koalisi Indonesia Bersatu, kekinian mulai aktif melirik kandidat-kandidat capres yang akan diusung. Koalisi ini juga rajin mengajak sejumlah parpol untuk bergabung.  

Terbaru, Ketum PAN Zulkifli Hasan mengajak Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ikut bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu. Ajakan itu langsung diutarakan Zulhas saat menghadiri acara PKS. 

"Atmosfer kita itu pengap, negatif, dan tidak produktif. Mungkin akibat Pilpres kemarin hanya dua pasang. Karena Pilpres hanya dua pasang, para pendukung mati-matian mendukung kandidatnya. Oleh karena itu kami mencoba membuat koalisi, maksudnya mudah-mudahan PKS bisa bersama-sama," ujar Zulkifli dalam acara Puncak Milad ke-20 PKS, Minggu, 29 Mei. 

Zulhas menjelaskan, Koalisi Indonesia Bersatu dibuat untuk memunculkan kandidat pilpres lebih dari dua pasang. Hal itu, kata dia, guna mengurangi atmosfer yang pengap dan tidak produktif seperti yang terjadi di pilpres sebelumnya. 

"Maksudnya calonnya jangan dua lagi Pilpres besok, kalau bisa 3 lah, syukur syukur bisa lebih. Ini untuk mengurangi apa yang kita alami hari hari ini, dengan atmosfer yang pengap dan tidak produktif itu," jelasnya.

Menurut Zulhas, negara besar adalah negara yang bisa melakukan kolaborasi, salah satunya dalam mengikuti kontestasi politik. Karenanya, dia berharap PKS juga ikut tergabung dalam koalisi yang digagas bersama Golkar dan PPP. 

"Negara yang besar kalau kata presiden PKS hanya bisa maju menjadi negara yang besar jika kita kolaborasi bersama-sama," kata Zulkifli.

Menanggapi ramainya partai politik saling ajak koalisi menuju Pilpres 2024, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak merasa khawatir dengan fenomena tersebut. 

Diketahui, PDIP dirumorkan bakal bergabung dengan Gerindra pada pilpres mendatang. Hanya saja hingga hari ini keduanya belum memberi sinyal bakal bekerja sama untuk mengusung capres dan cawapres. 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan belajar dari pemilu yang sudah berlangsung sebelumnya, kerja sama partai politik tidak hanya didasarkan kepada kesamaan ideologi, historis, platform partai, tapi mengerucut kepada siapa calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung.

"Sehingga, selama hal tersebut belum ada suatu kesepahaman bersama dan masih menunggu aspirasi rakyat terhadap calon pemimpin kita dalam Pemilu 2024 yang akan datang, ruang membangun kerja sama itu masih begitu besar," kata Hasto Kristiyanto, Minggu, 29 Mei. 

Ia menyebutkan PDIP tetap berkonsentrasi membantu rakyat untuk segera pulih dan bangkit ekonominya dari dampak situasi dinamika global saat ini.

"PDIP Perjuangan tetap pada keyakinannya bahwa skala prioritas saat ini untuk rakyat," kata Hasto Kristiyanto.