Hampir 200 Kasus Monyet di Lebih dari 20 Negara, WHO: Mungkin Disebabkan Perubahan Perilaku Manusia
Ilustrasi markas pusat WHO. (Wikimedia Commons/Thorkild Tylleskar)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir 200 kasus cacar monyet telah dilaporkan di lebih dari 20 negara yang biasanya tidak memiliki kasus penyakit tersebut.

Meski begitu, WHO menggambarkan epidemi sebagai dapat dikendalikan, mengusulkan untuk membuat persediaan berbagi vaksin dan obat-obatan yang terbatas secara adil dan tersedia di seluruh dunia.

Dalam keterangan Hari Jumat, WHO menyebut masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang bagaimana epidemi saat ini muncul. Tetapi, tidak ada bukti perubahan genetik pada virus bertanggung jawab atas epidemi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Pengurutan pertama virus menunjukkan jenisnya tidak berbeda dari jenis yang dapat kita temukan di negara-negara endemik. (Wabah ini) mungkin lebih disebabkan oleh perubahan perilaku manusia," terang Direktur Pandemi dan Penyakit Endemik WHO Dr. Sylvie Briand, melansir AP 27 Mei.

Awal pekan ini, seorang penasihat utama WHO mengatakan wabah di Eropa, AS, Israel, Australia, dan sekitarnya kemungkinan terkait dengan seks di dua rave baru-baru ini di Spanyol dan Belgia.

Itu menandai penyimpangan yang signifikan dari pola penyebaran penyakit yang khas di Afrika tengah dan barat, di mana orang-orang terutama terinfeksi oleh hewan, seperti hewan pengerat dan primata liar, dengan wabah belum menyebar melintasi perbatasan.

Sementara itu Briand dari WHO mengatakan, berdasarkan bagaimana wabah penyakit di masa lalu di Afrika telah berkembang, situasi saat ini tampaknya 'dapat dikendalikan.'

Namun, dia mengatakan WHO memperkirakan akan melihat lebih banyak kasus yang dilaporkan di masa depan, mencatat "kita tidak tahu apakah kita hanya melihat puncak gunung es (atau) jika ada lebih banyak kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat."

Sementara, mengingat terbatasnya pasokan vaksin cacar secara global, kepala kedaruratan WHO Dr. Mike Ryan mengatakan, pihaknya akan bekerja dengan negara-negara anggotanya untuk berpotensi mengembangkan persediaan yang dikendalikan secara terpusat, serupa dengan yang telah dibantu untuk didistribusikan selama wabah demam kuning, meningitis dan kolera di negara-negara yang tidak mampu membelinya.

"Kami berbicara tentang menyediakan vaksin untuk kampanye vaksinasi yang ditargetkan, untuk terapi yang ditargetkan," terang Ryan.

"Jadi volumenya tidak perlu besar, tetapi setiap negara mungkin memerlukan akses ke sejumlah kecil vaksin," tandasnya.

Diketahui, kebanyakan pasien cacar monyet hanya mengalami demam, nyeri tubuh, kedinginan, dan kelelahan. Orang dengan penyakit yang lebih serius dapat mengalami ruam dan luka pada wajah dan tangan yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.