Rusia Mundur dari Investigasi Penembakan Malaysia Airlines MH17
Puing M H17 (Sumber: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia mundur dari perundingan bersama Belanda dan Australia terkait jatuhnya pesawat MH17 milik Malaysia Airlines. Rusia menyebut kedua negara tak benar-benar serius dalam upaya pencarian fakta. Pernyataan itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia, Kamis, 15 Oktober. 

Sebelumnya, hasil penyelidikan internasional menjelaskan MH17 sedang dalam perjalanan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur ketika ditembak jatuh oleh rudal yang berasal dari wilayah kekuasaan pemberontak pro-Rusia di Ukraina bagian timur. Seluruh penumpang berjumlah 298 tewas seketika.

Setelah bertahun-tahun mengumpulkan bukti, Tim Investigasi Gabungan pimpinan Belanda (JIT) mengungkap bahwa peluncur rudal yang digunakan untuk menghantam pesawat sipil berasal dari pangkalan militer Rusia. Titik tepatnya di seberang perbatasan.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengaku keputusan mundur dari perundingan diambil sebagai respons terhadap sikap pemerintah Belanda yang mengajukan tuntutan terhadap Moskow di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa pada Juli tahun ini.

"Tindakan tak bersahabat semacam itu dari Belanda membuat upaya melanjutkan pembicaraan tripartit menjadi tidak berarti," menurut pernyataan kementerian, yang menyebut investigasi pimpinan Belanda "bias, direkayasa dan dipolitisasi."

"Australia dan Belanda tidak berusaha memahami apa yang telah terjadi pada musim panas 2014, dan justru bermaksud membuat Rusia mengaku bersalah dan memperoleh kompensasi bagi para kerabat korban," katanya.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengaku sangat terkejut dengan keputusan sepihak Rusia untuk mundur dari perundingan tentang pertanggungjawaban mereka atas peristiwa jatuhnya pesawat MH17, serta waktu pengunduran diri itu.

"Ini menyakitkan bagi keluarga terdekat korban," katanya kepada media Belanda di Brussels.

Rutte mengatakan Belanda akan melanjutkan perundingan dengan Australia untuk "mengakomodasi 298 korban dan kerabat mereka." Dalam pernyataan terpisah, Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok mengatakan Belanda "menyayangkan sekali" keputusan Rusia untuk mundur dari perundingan tersebut.