JAKARTA - Kehadiran program Kartu Prakerja menuai banyak kritik. Hal ini karena program-program pelatihan daring atau online yang diberikan dianggap tidak lebih baik dari pelatihan gratis di platform YouTube. Meskipun, pemerintah mengatakan program ini dibuat sebelum adanya pandemi, namun itu tidak menyurutkan kritik terhadap program tersebut.
Akhirnya, pemerintah mengubah fungsi program Kartu Prakerja yang sebelumnya untuk meningkatkan kompetensi pekerja menjadi semi bantuan sosial di masa pandemi COVID-19. Keputusan ini menjadi jalan tengah atas kritik terhadap program tersebut.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, ada sisi positif dari program tersebut di tengah kritik yang muncul. Salah satunya dapat menjadi indikator ekonomi sosial masyarakat di tengah krisis akibat pandemi.
"Kartu Prakerja dikritik habis-habisan karena online programnya enggak berguna, dll. Saya mengerti. Tapi sebetulnya ini bisa digunakan sebagai indikator. Kalau dia mau uang, walaupun program mungkin dikritik tidak ada gunanya, artinya dia desperated. Dengan itu kita tahu siapa sebetulnya yang perlu uang," katanya, dalam diskusi virtual, Selasa, 13 Oktober.
Chatib mengatakan, indikatornya adalah betapa butuhnya peserta Kartu Prakerja terhadap insentif uang. Sebab, meskipun programnya dianggap tidak berguna tapi faktanya tetap diikuti oleh masyarakat.
"Contoh kalau orang pakai Kartu Prakerja, online training dianggap enggak ada gunanya, dia berhenti. Tapi kalau dia tetap ikut program yang enggak ada gunanya itu, artinya dia mau uang," tuturnya.
Sebagai informasi, program Kartu Prakerja adalah bantuan biaya pelatihan untuk mengembangkan kompetensi, produktivitas, daya saing dan kewirausahaan angkatan kerja Indonesia. Kartu Prakerja tidak menggunakan kartu fisik, namun 16 angka unik seperti dalam kartu kredit, yang saldonya bisa dipakai untuk membayar pelatihan. Sasaran penerima Kartu Prakerja adalah WNI berusia 18 tahun ke atas dan tidak sedang sekolah/kuliah.
BACA JUGA:
Guna merespon dampak pandemi COVID-19, Kartu Prakerja bersifat semi-bansos. Setiap penerima Kartu Prakerja mendapatkan bantuan total sebesar Rp3,55 juta. Adapun rinciannya, biaya pelatihan sebesar Rp1 juta, insentif pasca-pelatihan sebesar Rp2,4 juta.
Insentif tersebut dibayarkan secara bertahap dalam waktu 4 bulan dengan besaran Rp600 ribu setiap bulannya, serta insentif pasca-survei maksimal sebesar Rp150 ribu untuk 3 survei evaluasi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan sebanyak 4,86 juta orang penerima manfaat telah mendapatkan bantuan pemerintah lewat program Kartu Prakerja.
"Realisasi sampai dengan 23 September (Program Kartu Prakerja) telah tersalurkan Rp16,617 triliun kepada 4,86 juta penerima manfaat," ujarnya, saat memberikan keterangan tentang perkembangan realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Sabtu, 26 September.