JAKARTA - Perusahaan pertahanan Jerman Rheinmetall, telah meminta persetujuan untuk mengekspor 100 kendaraan tempur infanteri 'tua' Marder ke Ukraina, sumber pertahanan mengatakan kepada Reuters pada Hari Senin, dalam apa yang akan menjadi pengiriman senjata berat pertama dari Jerman ke Ukraina.
Perusahaan sedang mencari lisensi ekspor untuk kendaraan dalam keadaan mereka saat ini, yang bertujuan untuk memulihkannya selama beberapa bulan mendatang sebelum mengirimkannya ke Ukraina, kata sumber itu, membenarkan sebuah laporan di surat kabar Welt am Sonntag.
Langkah Rheinmetall diatur untuk 'memaksa' Kanselir Jerman Olaf Scholz, untuk mengambil posisi yang jelas tentang apakah senjata berat dapat dikirim langsung dari Jerman ke Ukraina, karena kesepakatan Marder memerlukan persetujuan dari dewan keamanan nasional, yang diketuai oleh Kanselir Scholz.
Seorang juru bicara Rheinmetall menolak berkomentar terkait hal ini, melansir Reuters 25 April.
Kanselir Scholz menghadapi kritik yang berkembang di dalam dan luar negeri, karena keengganannya untuk mengirimkan senjata berat seperti tank dan howitzer untuk membantu Ukraina menangkis serangan Rusia.
Terpisah, pada kunjungan pertama mereka ke Ukraina sejak Rusia menginvasi dua bulan lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken serta Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada Hari Minggu menjanjikan bantuan militer tambahan ke Kyiv, termasuk senjata canggih.
BACA JUGA:
Diketahui, permintaan senjata berat oleh Ukraina meningkat, sejak Moskow mengalihkan ofensifnya ke wilayah timur Donbas. Wilayah yang dianggap lebih cocok untuk pertempuran tank daripada daerah sekitar Kyiv, di mana sebagian besar pertempuran telah terjadi sejauh ini.
Adapun Moskow menggambarkan tindakannya di Ukraina, yang sekarang memasuki bulan ketiga, sebagai operasi militer khusus, untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi.