JAKARTA - Pemerintah Kota Ulsan, Korea Selatan meluncurkan secara resmi proyek "kota bawah laut", setelah memenangkan proyek bisnis pemerintah pusat di mana teknologi baru akan dibangun dan dipelihara, untuk mempertahankan lingkungan hidup bawah laut bagi masyarakat.
Menurut pemerintah kota, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memilih kota pesisir tenggara untuk proyek tersebut. Dengan hibah proyek sebesar 31,1 miliar won dari kementerian, pemerintah kota akan melaksanakan proyek tersebut dengan Institut Sains dan Teknologi Kelautan Korea (KIOST) menggunakan total dana sebesar 37,3 miliar won atau sekitar Rp435.997.175.536 hingga tahun 2026.
Untuk proyek tersebut, kota yang terletak di pesisir tenggara ini akan mengembangkan teknologi, untuk menciptakan habitat perumahan bawah laut untuk maksimal lima orang pada kedalaman 50 meter di laut.
Kota Ulsan juga akan membangun prototipe kerja untuk ruang hidup bawah air tipe modular di mana hingga tiga orang dapat tinggal di kedalaman 30 meter.
Melalui proyek tersebut, Kota Ulsan berharap dapat mengembangkan teknologi baru seperti peralatan yang memungkinkan mereka untuk menganalisis lingkungan laut, serta melakukan konstruksi bawah air, dengan menggunakan peralatan tak berawak, menciptakan pasokan dan komunikasi energi bawah air, memantau kesehatan penghuni bawah laut dan mengamankan keselamatan mereka.
"Ini adalah proyek yang berarti yang mempelopori ruang yang belum dipetakan di bawah lautan dan dengan demikian memperluas ruang yang dapat dihuni bagi umat manusia," kata seorang pejabat dari Divisi Kelautan, Pelabuhan dan Perikanan Pemerintah Kota Ulsan, seperti melansir Korea Times 14 April.
"Kami berharap tantangan baru kota ini dapat mengusulkan cara baru untuk bersiap menghadapi krisis iklim dan kekurangan sumber daya," sambungnya.
Kementerian memilih Ulsan karena air laut di lepas pantai kota ini, memiliki kondisi ideal untuk melaksanakan proyek penelitian bawah laut dalam hal kekeruhan (kekeruhan atau kekaburan cairan), tingkat pasang surut dan suhu.
Dasar laut telah stabil tanpa gempa besar selama 20 tahun terakhir, membuktikan daerah tersebut memiliki tingkat keamanan yang relatif tinggi terhadap bencana alam. Kota ini juga memiliki teknologi pembuatan kapal dan pabrik lepas pantai yang diakui secara global.
Nantinya, pemerintah kota dan KIOST akan melaksanakan proyek dalam proses langkah demi langkah, mulai dari merancang ruang modul bawah air sampai pembangunannya, hingga mengoperasikannya dan mengembangkan teknologi untuk memelihara fasilitas tersebut. Setiap langkah akan melalui tes kinerja.
Penelitian dan pengembangan bersama mereka dimulai tahun ini, dengan menganalisis ciri-ciri dasar laut bersama dengan kondisi laut dari testbed proyek. Dilanjutkan dengan perancangan modul utama fasilitas bawah air, modul hunian, modul ruang, dan modul pusat data. Tes konstruksi dan kinerja untuk fasilitas tersebut akan selesai pada akhir tahun 2026.
BACA JUGA:
"Untuk mewujudkan ruang kehidupan bawah laut yang sepenuhnya independen dari daratan, kita membutuhkan berbagai teknologi yang bekerja bersama-sama, dari robot konstruksi bawah air dan teknologi pembangkit lepas pantai hingga teknologi yang memungkinkan telekomunikasi bawah air, penyimpanan dan pemanfaatan energi," ujar pejabat pemerintah kota.
"Proyek ini, setelah selesai, akan sangat meningkatkan industri lokal kota dan daya saing di masa depan," tandasnya.
Setelah proyek berhasil diselesaikan, diharapkan dapat membuka jalan bagi proyek uji lanjutan, seperti membangun sistem prakiraan bencana alam laut terhadap gempa bumi dan tsunami, serta membangun pusat data bawah laut dengan efisiensi energi tinggi, dan keamanan. dan paket wisata yang memungkinkan pengalaman hidup di bawah air.