JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyebut pengujian orang untuk melacak kasus COVID-19 berhasil memenuhi 70,13 persen target World Health Organization (WHO). Sebagai langkah lanjutan, Indonesia kini menargetkan dapat menguji 267 ribu orang per minggu.
"Pada pekan pertama di bulan Oktober ini Indonesia telah mencapai 70,13 persen dari target WHO. Kita harus kejar terus sehingga benar-benar dapat mencapai target dari WHO yakni 267.000 yang dites per minggunya," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang ditayangkan secara daring, Selasa, 6 Oktober.
Adapun standar WHO, rasio pengujian ini adalah 1 orang per 1.000 penduduk per pekan. Ini artinya, untuk mendapatkan pelacakan yang maksimal, setidaknya pemerintah harus melakukan pengujian terhadap 267 ribu orang karena jumlah penduduk di Indonesia mencapai 267 juta.
Berikutnya, Wiku menyinggung masalah positivity rate yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, angka positivity rate pada September lalu sempat mencapai 16,11 persen atau tiga kali lipat dari angka standar WHO yaitu lima persen.
BACA JUGA:
Dengan angka tersebut, Wiku lantas meminta agar tiap provinsi dapat melakukan koreksi dan menekan angka kasus COVID-19 di daerah mereka masing-masing.
"Angka ini sangat besar dan harus segera ditekan dan dikoreksi, perbanyak lakukan testing dan disiplin protokol kesehatan agar tidak terjadi penularan dan positivity ratenya bisa menurun," tegasnya.
"Kami ingatkan masyarakat harus tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Segera lakukan pemeriksaan atau testing apabila mengalami gejala COVID-19," imbuh dia.
Wiku juga memastikan pemerintah akan terus memastikan pelayanan kesehatan yang baik dan sesuai standar bagi para pasien COVID-19. Sehingga diharapkan, ke depan angka pasien yang sembuh akan terus bertambah. Selain itu, angka positivity rate yang masih tinggi itu harusnya menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak.
"Satgas mengingatkan agar angka-angka ini menjadi bahan evaluasi bagi kita semua. Jangan sampai lengah dan kemudian malah berkontribusi terhadap Peningkatan kasus maupun jumlah kematian akibat COVID-19," pungkasnya.