Bagikan:

JAKARTA - Warga Negara Indonesia (WNI) yang jadi pelaku pemerkosaan ratusan pria di Manchester, Inggris, Reynhard Sinaga ternyata jarang atau bahkan tak bergaul dengan sesama mahasiswa asal Indonesia. Reynhard merupakan pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Kota Leeds, Inggris.

Salah satu anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) United Kingdom (UK) tahun 2018-2019 Arief Rohman mengatakan, berdasarkan pengakuan sejumlah mahasiswa di kota tersebut, tak pernah berinteraksi dengan Reynhard.

"Setelah saya tanya-tanya rekan di Leeds, hampir seluruhnya enggak berinteraksi dengan pelaku. Karena, meskipun kuliahnya di Leeds (Leeds University) tapi (Reynhard) tinggalnya di Manchester," kata Arief saat dihubungi VOI lewat pesan singkat, Selasa, 7 Januari malam.

Dia juga tak pernah bertemu dengan Reynhard. Sebab, saat Arief aktif di PPI  tahun 2018, Reynhard sedang menjalani proses hukum atas kasus yang menjeratnya.

Arief hanya tahu kasus tersebut setelah dapat informasi dari KBRI yang sedang melakukan pendampingan terhadap Reynhard. "Waktu saya menjabat, konsuler sedang melakukan pendampingan (kepada Reynhard)," ujarnya.

Reynhard datang ke Inggris untuk menempuh pendidikan S2 di Manchester of University pada tahun 2007. Setelah lulus, dia kemudian melanjutkan pendidikan doktoral di Leeds University.

Minister Counsellor KBRI London, Thomas Ardian Siregar mengatakan, biaya pendidikan Reynhard selama ini murni dana pribadi bukan beasiswa dari pihak lainnya.

Sementara, Manchester of University menyampaikan rasa simpatinya terhadap para korban atas kejadian tersebut. Kampus ini merupakan mantan almamater Reynhard saat menempuh pendidikan S2.

"Kabar ini sangat menyedihkan bagi kami," tulis mereka dalam keterangan resminya yang dikutip dari laman resmi University of Machester.

Pihak kampus mengatakan, hasil pemeriksaan polisi, pemerkosaan terhadap ratusan pria yang dilakukan oleh Reynhard merupakan aksi individu. Bahkan, dalam keterangan resminya, Manchester of University mengatakan ada beberapa anggota universitas mereka yang terdampak langsung dalam kasus ini.

Atas kejadian itu dan sebagai tindak lanjut, universitas  membuka hotline dengan nomor (+44(0) 3301289241) bagi mereka yang mengetahui soal korban ataupun pihak yang terdampak. Hotline ini dibuka dari pukul 08.00 hingga 21.00 waktu Kota Manchester, Inggris dari Senin hingga Jumat.

Bukan hanya hotline universitas, mereka juga membuka hotline bersama Greater Manchester Police yang bisa dihubungi lewat nomor 08000560154 atau jika menelpon dari luar Inggris atau Kota Manchester bisa menghubungi 0207158 0011.

Selain hotline, aduan ini bisa disampaikan lewat email yang bakal ditangani langsung oleh tim yang diketuai oleh President and Vice-Chancellor by Simon Merrywest, Director for the Student Experience University of Manchester dengan alamat [email protected].

Reynhard menjadi headline di media Inggris karena setelah melakukan 159 kasus perkosaan dan serangan seksual terhadap pria. Di mana 48 orang korban di antaranya, bahkan pernah diperkosa berkali-kali dan mencatat sejarah yang memalukan.

"Reynhard Sinaga adalah pemerkosa paling produktif dalam sejarah Inggris," kata Deputi Jaksa North West Ian Rushton, seperti dikutip dari The Guardian.

Dalam persidangan, Raynhard juga mengatakan bahwa ia menggunakan aplikasi kencan gay seperti Grindr dan Hornet. Teman-teman Reynhard juga mengatakan bahwa mereka tidak tahu sama sekali aksi kejahatannya. Namun beberapa temannya mengaku pernah mendengar cerita telah menggambarkan “mengubah” pria heteroseksual. 

Reynhard kerap menyombongkan diri kepada teman-temannya soal aksi cabulnya itu. Apalagi jika korban yang dibawanya adalah laki-laki heteroseksual.

Reynhard juga tidak pernah menyembunyikan disorientasi seksualnya selama tinggal di Manchester. Reynhard bahkan kerap nongkrong di Canal Street and Village Gay. 

Jauh sebelum kasus ini terkuak ke publik. Reynhard Sinaga memang sudah menaruh perhatian besar terhadap LGBT. Ia sempat menulis jurnal ilmiahnya yang berjudul 'Sexuality and Everyday Transnationalism in South Asian Gay and Bisexual Men in Manchester' untuk keperluan S-3 di University of Leeds, pada 2012.

Pada 2014, Reynhard juga pernah mempublikasikan ulasannya akan sebuah buku berjudul 'Queer migration politics: activist rhetoric and coalitional possibilities' yang ditulis oleh penulis asal Amerika Karma R. Chavez. Buku tersebut menggambarkan hak imigrasi dan keadilan sosial bagi kelompok queer atau mereka yang tidak termasuk heteroseksual