Bagikan:

JAKARTA - Perubahan iklim yang memacu musim semi lebih awal di sebagian besar Amerika Utara, menyebabkan banyak burung bertelur di awal tahun, menurut sebuah studi baru, menambah semakin banyak bukti pemanasan global mengubah kebiasaan satwa liar.

Dari 72 spesies burung yang diperiksa di sekitar Chicago, kira-kira sepertiga bertelur sekitar 25 hari lebih awal, daripada yang mereka lakukan seabad yang lalu, para peneliti melaporkan dalam makalah yang diterbitkan pada Jumat pekan lalu dalam 'Journal of Animal Ecology'.

Mengutip Reuters 26 Maret Mereka yang terkena dampak termasuk merpati berkabung, alap-alap Amerika dan elang Cooper.

Para ilmuwan sejauh ini belum menemukan ciri yang jelas yang dimiliki oleh spesies ini, seperti ukuran atau status migrasi, yang mungkin menjelaskan mengapa mereka mengubah waktu bertelur.

Tetapi, "mayoritas burung yang kami amati memakan serangga, dan perilaku musiman serangga juga dipengaruhi oleh iklim," sebut penulis utama John Bates, kurator divisi burung di Field Museum di Chicago.

Bagaimana siklus hidup hewan dan tumbuhan dipengaruhi oleh perubahan iklim, dengan gangguan musiman adalah pertanyaan yang "menjadi lebih terdepan dan terpusat di benak orang-orang," kata Bates.

ilustrasi sarang burung
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/JJ Harrison)

Hanya beberapa derajat suhu dari rata-rata jangka panjang dapat berdampak besar pada saat serangga muncul, saat pohon bertunas, saat bunga mekar dan, menurut penelitian baru, saat telur menetas.

Para ilmuwan percaya, perubahan itu bisa menjadi salah satu dari banyak alasan penurunan tajam populasi burung sejak tahun 1970-an. Menyebabkan Amerika Serikat dan Kanada kehilangan sekitar sepertiga burung mereka, atau sekitar 3 miliar burung, menurut sebuah studi tahun 2019 di jurnal 'Science'.

Bates dan rekan-rekannya mempelajari lebih dari 1.500 catatan cangkang telur yang disimpan di Museum Lapangan Chicago, banyak yang berasal dari periode antara tahun 1872 hingga 1920, ketika mengumpulkan telur adalah hobi yang populer.

Penggemar ova era Victoria ini meninggalkan label tulisan tangan yang mendetail, mencantumkan informasi seperti spesies burung dan tanggal pengumpulan.

Para ilmuwan kemudian membandingkan catatan tersebut dengan lebih dari 3.000 catatan modern, bersama dengan data yang menggambarkan tingkat karbon dioksida pada tanggal bersarang sepanjang waktu, untuk analisis mereka.

Temuan tersebut menggemakan hasil serupa dari penelitian yang dilakukan dalam beberapa dekade terakhir di Inggris, yang juga menemukan bahwa bertelur terjadi lebih awal bersama dengan perubahan yang dilaporkan pada musim tanam.