JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat meminta pemilik warung untuk tidak perlu menutup lapaknya saat bulan suci Ramadan tiba. Hanya saja makanan tidak perlu dipamerkan.
Hal ini disampaikan Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis lewat akun Twitter-nya @cholilnafis, Minggu, 27 Maret lalu. M
Menurutnya, kehidupan masyarakat selama bulan suci berlangsung harus penuh dengan tenggang rasa dan saling menghormati.
"Warung tak usah ditutup jualannya, tapi makannya jangan dipamerkan kepada orang yg sedang berpuasa. Ayo saling tenggang rasa dan saling menghormati," cuitnya.
Permintaan Cholil Nafis ini rupanya direspons pegiat media sosial Denny Siregar. Lewat akun Twitter-nya, Denny menyebut baiknya penjual makanan atau pemilik warung berjualan seperti biasa.
"Puasa ya puasa ajalah. Nikmati bulan Ramadhan sbg bulan pengampunan. Itu fasilitas yang bisa dipakai kalau mau. Kalo ngga juga, ya silahkan. Jadi ga usah diatur2, harus gini harus gitu. Ribet amat," cuit Denny di Twitter @Dennysiregar7 dilansir Selasa, 29 Maret.
Denny lantas menyebut, hadirnya warung makanan saat bulan puasa tiba baiknya dianggap sebagai godaan.
"Orang puasa di bulan Ramadhan, tapi gada godaan warung buka dan pameran makanan yang menggugah selera itu seperti pak Musni Umar tanpa kumisnya..
Lemah!," kata Denny.
Alasan KH Cholil Nafis agar warung makanan tak pamer makanan saat bulan puasa sebenarnya respons atas sikap MUI Kabupaten Bekasi yang meminta pemilik restoran seperti warteg atau warung kopi ditutup siang hari selama bulan suci.
BACA JUGA:
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Cholil Nafis menyebutkan warung yang menjual makanan tidak perlu tutup selama puasa bulan suci Ramadhan 2022 tiba.
Namun, Cholil Nafis menekankan syaratnya agar pemilik warung makanan tidak memamerkan jualannya kepada orang-orang yang sedang berpuasa.