Bagikan:

BANDA AEH - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mendistribusikan alat Ultrasonografi (USG) ke seluruh puskesmas di Indonesia dalam upaya mencegah kematian ibu dan bayi dalam kandungan.

“Alat USG ini akan mendeteksi bagaimana perkembangan bayi di puskesmas yang dilakukan oleh dokter umum di seluruh Indonesia,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono di Banda Aceh dikutip Antara, Kamis, 24 Maret.

Pernyataan tersebut disampaikan saat mengisi kuliah umum dalam Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ke-31 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) Ke-22 di Kota Banda Aceh.

Pendistribusian USG ke seluruh puskesmas salah satu program dalam rencana transformasi kesehatan Indonesia pada pilar layanan primer untuk mencegah kematian ibu dan anak. Transformasi layanan primer juga fokus terhadap deteksi dini terhadap kekerdilan dan wasting.

Dante menyebutkan pemerintah terus melakukan berbagai macam cara untuk menekan angka kekerdilan, meningkatkan kesehatan ibu dan anak hingga antenatal care menjadi lebih baik. Salah satunya melalui distribusi USG ke puskesmas.

Nantinya, kata Dante, setiap puskesmas akan memiliki USG. Pemerintah juga akan memberikan pelatihan kepada dokter umum di puskesmas agar dapat menggunakan alat USG dengan baik.

“Dan bisa mendeteksi pelayanan pertumbuhan janin, pelayan persalinan sehingga kematian ibu menjadi lebih kecil,” katanya.

Selama ini, menurut dia, justru sebagian besar angka kematian ibu terjadi di rumah sakit. Hal itu terjadi karena rujukan untuk persalinan terlambat sehingga perlu penanganan pertama dari puskesmas.

“Dengan mengetahui gestasi kehamilan yang lebih awal di puskesmas maka rujukan ke rumah sakit akan lebih baik,” kata Dante.

Komitmen Kemenkes melakukan transformasi kesehatan tertuang dalam enam pilar yakni layanan primer berupa penanganan terhadap imunisasi, penapisan kesehatan, kekerdilan, serta Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).

Selanjutnya pilar layanan rujukan yakni penanganan sembilan penyakit prioritas dengan mortalitas tertinggi, kemudian pilar ketahanan kesehatan yakni riset dan industrialisasi obat dan alat kesehatan dalam negeri.

Selanjutnya, pilar pembiayaan kesehatan yaitu fokus pada pembiayaan berbasis kebutuhan dasar kesehatan, pilar sumber daya manusia (SDM) kesehatan yakni produksi dan distribusi kekurangan 172 ribu dokter, serta pilar teknologi kesehatan berupa penerapan teknologi digital dan bioteknologi.