G20 Diharapkan Muncul Komitmen Global Pembuatan Vaksin Hadapi Pandemi Berikutnya
Photo by Daniel Schludi on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memandang Presidensi G20 di Indonesia pada tahun ini bisa menjadi ajang kerja sama negara-negara untuk menciptakan vaksin global.

Kerja sama ini, menurut Nadia, perlu dilakukan untuk bisa bersiap menghadapi pandemi berikutnya. Mengingat, presidensi Indonesia pada G20 tahun ini akan memberikan suatu percontohan yang nyata dan komprehensif untuk pemulihan global.

"Adanya pertemuan G20 memungkinkan pengembangan yang lebih cepat terhadap penemuan vaksin mRNA dan juga vaksin yang lebih murah, aman, untuk merespons suatu kondisi pandemi. Akan tetapi, saat ini pengembangan vaksin mRNA masih hanya terjadi di negara-negara maju," kata Nadia dalam keterangannya, Kamis, 24 Maret.

Nadia menggarisbawahi, setiap negara harus memiliki akses yang setara terhadap vaksin, terapeutik, dan diagnostik untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya.

Sebagai tambahan, praktik terbaik sangat dibutuhkan pada masa pandemi untuk memperkuat jaringan kolaborasi dan jejaring antar para ahli, dan antar ilmuwan pada sektor kesehatan masyarakat.

“Maka dari itulah, menjadi sangat penting untuk menetapkan suatu perusahaan manufaktur regional dan pusat sebagai kolaborasi riset. Tanpa ada komitmen politik yang kuat untuk membangun sistem kesehatan global yang lebih kuat maka negara akan mengalami kesulitan untuk keluar dari situasi sulit sebagai dampak pandemi COVID-19,” urainya.

Dalam kesempatan itu, Nadia mengaku pemerintah Indonesia akan mengajak negara-negara lain untuk membuat satu integrasi data mengenai protokol kesehatan di pintu masuk negara.

Hal ini, akan disampaikan pemerintah pada salah satu rangkaian kegiatan dalam Presidensi G20 di bidang kesehatan, yakni pertemuan health working group (HWG). HWG pertama akan berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 28 sampai 30 Maret 2022.

“Kita perlu mendorong penggunaan satu data protokol kesehatan terutama di pintu masuk sebuah negara, seperti berbagai praktek baik yang telah diterapkan di Indonesia maupun negara lainnya. Contohnya di Indonesia ada aplikasi PeduliLindungi yang terintegrasi dengan sistem kesehatan,” ucap Nadia.