Bagikan:

JAKARTA - Sekretrasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengaku pemerintah Indonesia akan menjadi inisiator, mengajak negara-negara lain untuk membuat satu integrasi data mengenai protokol kesehatan di pintu masuk negara.

Hal ini, kata Nadia, akan disampaikan pemerintah pada salah satu rangkaian kegiatan dalam Presidensi G20 di bidang kesehatan, yakni pertemuan health working group (HWG). HWG pertama akan berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 28 sampai 30 Maret 2022.

“Kita perlu mendorong penggunaan satu data protokol kesehatan terutama di pintu masuk sebuah negara, seperti berbagai praktek baik yang telah diterapkan di Indonesia maupun negara lainnya. Contohnya di Indonesia ada aplikasi PeduliLindungi yang terintegrasi dengan sistem kesehatan,” kata Nadia dalam keterangannya, Kamis, 24 Maret.

Lebih jelasnya, Indonesia akan mendorong inisiatif panduan teknis perjalanan internasional berbasis pendekatan risiko bersama WHO, harmonisasi sertifikat vaksin COVID-19 bersama Digital European Union, serta panduan perjalanan udara bersama dengan Internasional Civilization Organization.

Dalam HWG pertama nantinya, lanjut Nadia, perlu dicapai kesepakatan kerjasama antar negara untuk pengenalan verifikasi sertifikat vaksin supaya bisa diakui di negara lain terutama di negara-negara anggota G20.

Nadia mengungkapkan, ajakan integrasi ini memiliki manfaat memperkuat sistem kesehatan global, menindaklanjuti mekanisme pendanaan pandemic preparedness response yang sebelumnya menjadi bagian pembahasan pada presidensi G20 di Italia tahun 2021.

“Protokol ini juga bisa menjadi percontohan bagi penyakit menular lainnya yang pencegahannya bisa dilakukan melalui vaksinasi. Ini adalah suatu langkah jangka panjang yang bisa diambil untuk mengamankan perjalanan internasional dan mengurangi penyebaran virus sambil menjaga mobilitas pelaku perjalanan internasional,” ucap dr. Nadia.

Selain ajakan penggunaan satu data protokol kesehatan, Indonesia juga akan mendorong inisiatif perluasan manufaktur vaksin COVID-19, pengobatan, serta diagnostik ke negara-negara berkembang.

Inisiatif lain yang menurut Nadia perlu diajukan adalah penguatan hubungan global bagi para ilmuwan di bidang virologi, imunologi, epidemiologi, dan di bidang keilmuan lainnya yang terkait dengan krisis kesehatan. Langkahnya adalah dengan membangun pusat penelitian di negara berkembang.

“Saat ini negara dengan ekonomi yang kuat harus membantu negara ekonomi kelas menengah ke bawah agar mampu merespon krisis kesehatan global. Tentunya hal ini juga akan membantu sistem kesehatan nasional mereka agar lebih kuat dan memiliki daya tahan yang lebih baik,” imbuh dia.