Bagikan:

JAKARTA - Kekuatan tempur Rusia di Ukraina telah menurun di bawah 90 persen dari tingkat pra-invasi, untuk pertama kalinya sejak serangannya dimulai 24 Februari lalu, seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan pada hari Selasa, menunjukkan kerugian besar persenjataan dan meningkatnya korban.

Amerika Serikat memperkirakan Rusia mengumpulkan lebih dari 150.000 tentara di sekitar Ukraina sebelum invasi 24 Februari, bersama dengan cukup banyak pesawat, artileri, tank dan senjata lain untuk serangan skala penuhnya.

"Untuk pertama kalinya mereka mungkin hanya sedikit di bawah 90 persen," kata pejabat pertahanan AS kepada wartawan tanpa menyebut nama, melansir Reuters 23 Maret. Pejabat itu tidak memberikan bukti.

Hampir sebulan memasuki perang, pasukan Rusia gagal merebut satu kota besar dan kemajuan mereka telah dihentikan di hampir semua lini oleh pasukan Ukraina. Moskow malah beralih untuk membombardir kota-kota dengan artileri, rudal dan bom.

Sebagian besar pemboman itu difokuskan di kota tenggara Mariupol. Pejabat senior AS mengatakan, pasukan Angkatan Laut Rusia kemungkinan telah menembak ke Mariupol dari Laut Azov selama 24 jam terakhir.

"Itu tidak terjadi kemarin," kata pejabat itu.

tentara rusia di ukraina
Ilustrasi konvoi tentara Rusia di Ukraina. (Wikimedia Commons/Mil.ru)

Rusia belum secara resmi memperbarui angka korbannya sejak menyatakan pada 2 Maret, sekitar 498 prajurit tewasnya dan 1.597 lainnya terluka.

Tapi, sejak itu serangannya mendapat perlawanan berat lebih lanjut dari tentara Ukraina dan pasukan pertahanan sukarela.

Terpisah, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan memperkirakan pada Hari Selasa, jumlah korban Rusia mencapai ribuan tetapi menolak untuk memberikan angka yang tepat.

Ketika konflik tersebut memakan korban, Amerika Serikat telah memperingatkan Rusia mungkin mencari bantuan dari China. Namun, Gedung Putih mengatakan pada Hari Selasa, pihaknya belum melihat bukti China menyediakan peralatan militer ke Rusia.

Pejabat AS menyarankan, tidak ada indikasi Rusia akan menarik pasokan tambahan ke Ukraina.

"Tapi kami terus melihat indikasi, mereka sedang melakukan diskusi ini, dan bahwa mereka membuat rencana semacam itu baik dalam hal pasokan dan juga penguatan," ungkap pejabat itu.

Diketahui, serangan Presiden Putin ke Ukraina telah memaksa lebih dari 3,5 juta orang mengungsi, membawa isolasi ekonomi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika negara-negara Barat memberlakukan sanksi, dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Barat yang tidak terpikirkan selama beberapa dekade.

Presiden Putin menyebut konflik itu sebagai operasi militer khusus, untuk mendemiliterisasi Ukraina dan menggantikan kepemimpinan pro-Baratnya.