Kapal Induk Baru China Berlayar di Selat Taiwan: Dibayangi Kapal Perusak Rudal AS, Taipei Kirim Kapal Perang
Kapal induk China Shandong (CV-17). (Wikimedia Commons/Tyg728)

Bagikan:

JAKARTA - Kapal induk China kedapatan berlayar di Selat Taiwan yang sensitif pada Hari Jumat, beberapa jam sebelum pembicaraan Presiden Joe Biden dengan Presiden Xi Jinping yang dijadwalkan melalui telepon.

Sebuah sumber dengan pengetahuan langsung tentang masalah ini, yang tidak berwenang untuk berbicara kepada media dan berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters Kapal Induk Shandong berlayar dekat dengan Pulau Kinmen yang dikuasai Taiwan, yang terletak tepat di seberang Kota Xiamen di China.

"Sekitar pukul 10:30 pagi, CV-17 muncul sekitar 30 mil laut di barat daya Kinmen, dan difoto oleh seorang penumpang dalam penerbangan sipil," kata sumber tersebut, merujuk pada nomor lambung Shandong, melansir Reuters 18 Maret.

USS Ralph Johnson (DDG-114), kapal perusak peluru kendali kelas Arleigh Burke milik Amerika Serikat, membayangi kapal induk itu setidaknya sebagian di rutenya. Shandong tidak memiliki pesawat di deknya dan berlayar ke utara melalui selat, sumber tersebut menambahkan.

Taiwan juga mengirim kapal perang untuk mengawasi situasi, kata sumber itu.

Kementerian Pertahanan Taiwan, dalam sebuah pernyataan singkat, mengkonfirmasi lewatnya Kapal Induk Shandong, tetapi tidak memberikan rincian selain mengatakan pasukannya memiliki 'pegangan penuh' tentang apa yang dilakukan kapal dan pesawat China di Selat Taiwan.

Terpisah, juru bicara Angkatan Laut AS Lt. Mark Langford mengatakan USS Ralph Johnson telah melakukan transit rutin Selat Taiwan 17 Maret (waktu setempat), melalui perairan internasional sesuai dengan hukum internasional.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian merujuk pertanyaan ke Kementerian Pertahanan, yang tidak menanggapi permintaan komentar, tetapi mengatakan Shandong memiliki jadwal pelatihan rutin.

"Kita seharusnya tidak mengaitkan ini dengan komunikasi antara kepala negara China dan Amerika Serikat. Anda mungkin berpikir itu terlalu sensitif. Yang sensitif adalah Anda, bukan Selat Taiwan," ketus Zhao kepada wartawan di Beijing.

Untuk diketahui, pelayaran kapal induk itu terjadi sekitar 12 jam sebelum Presiden AS Joe Biden dijadwalkan berbicara dengan mitranya dari China, Xi Jinping.

Sumber tersebut menggambarkan, waktu pergerakan Shandong yang begitu dekat dengan panggilan itu sebagai provokatif dan itu tidak biasa berlayar pada siang hari, dengan misi sebelumnya terjadi pada malam hari.

Taiwan sendiri sudah dalam keadaan siaga tinggi karena perang Ukraina, waspada terhadap China yang mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk mengambil langkahnya sendiri, meskipun belum ada tanda-tanda Beijing akan melakukan serangan militer apa pun.

Lo Chih-cheng, seorang anggota parlemen senior dari Partai Progresif Demokratik Taiwan yang berkuasa menyebut transit Shandong sebagai pesan yang sangat provokatif, ketika negara-negara di kawasan itu sudah waspada dengan perang di Ukraina dan beberapa jam sebelum panggilan Biden-Xi.

"Ketegangan di Selat Taiwan tidak akan meningkat tajam karena ini, tetapi kemungkinan akan menyebabkan negara-negara tetangga meningkatkan tingkat siaga militer mereka," jelasnya kepada Reuters.

China mengklaim Taiwan memerintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, dan selama dua tahun terakhir meningkatkan aktivitas militernya di dekat pulau itu untuk menegaskan klaim kedaulatannya, yang mengkhawatirkan Taipei dan Washington.

Adapun Taiwan menolak klaim kedaulatan China dan telah berulang kali bersumpah untuk mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.

Shandong adalah kapal induk terbaru China, yang ditugaskan pada 2019. Di tahun yang sama, tak lama sebelum pemilihan presiden dan parlemen di Taiwan, kapal itu berlayar melalui Selat Taiwan, sebuah langkah yang dikutuk oleh Taiwan sebagai upaya intimidasi.