JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memastikan memantau kondisi sembilan (9) warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak invasi Rusia ke Ukraina di Chernihiv, berkoordinasi dengan otoritas kedua negara untuk memastikan jalur aman guna melakuka evakuasi.
Salah satu keluarga WNI asal Binjai, Sumatera Utara menangis meminta pemerintah segera mengevakuasi keluarganya yang berada di Chernihiv. Usai telekonferensi dengan pihak Duta Besar Indonesia untuk Ukraina di ruang di Command Center (BCC) Balai Kota Binjai, ibunda dari Muhammad Raga Prayuga, Ritami, menangis sambil membawa fotonya bercerita kondisi anak yang saat ini sedang berada di kawasan Ukraina Utara.
Terkait hal ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah memastikan pihaknya melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kyiv terus memonitor dan melakukan komunikasi dengan kesembilan WNI tersebut, menjalin komunikasi dengan kedua belah pihak yang bertikai terkait dengan evakuasi.
"KBRI terus berkomunikasi dengan kesembilan WNI yang masih terjebak tersebut. Pemerintah juga terus berkomunikasi dgn pihak2 yg berkonflik, untuk bisa melakukan evakuasi, khususnya pada saat jeda kemanusiaan dan dibukanya koridor untuk evakuasi," terangnya kepada VOI melalui pesan singkat Selasa 8 Maret.
"Mereka harus keluar ke daerah yang lebih aman dahulu dan hanya bisa jalan darat. Selanjutnya baru dipulangkan ke Indonesia," sambungnya mengenai pemulangan ke Tanah Air.
Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI, Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha menerangkan, sebelum terjadinya serangan Rusia ke Ukraina, KBRI Kyiv telah menjalin komunikasi dengan para WNI di Ukraina, termasuk sembilan orang yang berada di Chernihiv.
"Sesuai rencana kontingensi, jika terjadi serangan para WNI diminta segera berkumpul di KBRI Kyiv. Namun, berbeda dengan WNI lainnya, saat serangan terjadi, kesembilan WNI di Chernihiv tidak dapat menjangkau KBRI Kyiv yg berjarak sekitar 2 jam," ungkapnya saat dikonfirmasi VOI.
"Sejak saat tersebut KBRI terus memonitor kondisi mereka. Pada hari ini komunikasi zoom kembali diadakan dengan 9 WNI di Chernihiv dan keluarga di Indonesia. Mereka sampaikan dalam kondisi aman dan pasokan logistik memadai. Mereka diminta tetap berada di Chernihiv krn saat ini msh terjadi pertempuran," paparnya.
Ditambahkan olehnya, secara paralel, KBRI Kyiv terus berkomunikasi intensif dengan berbagai pihak di Ukraina dan Rusia, untuk bisa memberikan safe passage atau jalur evakuasi aman bagi para WNI.
"KBRI Kyiv telah siapkan penjemputan jika jalur aman evakuasi telah dikonfirmasi kedua belah pihak yg bertikai," pungkasnya.
BACA JUGA:
Diberitakan seblumnya, Muhammad Raga Prayuga bersama delapan WNI lainnya yang berasal dari Binjai dan Langkat yang bekerja di pabrik plastik milik warga negara Yordania di Ukraina, terjebak invasi di Chernihiv.
Ritami mengatakan, sebenarnya anaknya sudah mau pulang ke Indonesia saat mendengar kabar soal invasi Rusia ke Ukraina. Hanya saja, prosesnya sangat lamban. Akibatnya, mereka tertahan di tengah kondisi perang Rusia dengan Ukraina.
"Kami memohon kepada pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi anak saya bersama teman-temannya di sana (Ukraina)," pinta Rutami, menambahkan kontrak kerja anaknya berakhir September 2022 ini.