Erick Thohir: Jumlah Kelas Menengah Indonesia Bisa Susul Korea Selatan
Tangkap layar Menteri BUMN Erick Thohir. (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah optimistis ekonomi Indonesia bakal bangkit usai pandemi COVID-19. Bahkan, Indonesia dinilai akan lebih cepat pulih dibanding negara lain karena memiliki pangsa pasar dalam hal ini kelas menengah atau middle class yang cukup besar.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, jumlah kelas menengah Indonesia akan terus bertambah. Ia mengklaim, potensi pertumbuhannya bahkan akan melampaui negara maju seperti Korea Selatan (Korsel).

Lebih lanjut, Erick berujar, secara demografi jumlah kelas berpenghasilan menengah atau middle income class itu terus tumbuh dari 7 persen menjadi 20 persen dari total penduduk dan totalnya 52 juta penduduk.

"Kalau kita gambarkan dari 237 juta itu ada 52 juta ada middle income. Dibandingkan negara lainnya penduduk Korea Selatan itu hanya 55 juta, lalu Afrika Selatan itu mencapai 56 juta bahkan Spanyol 46 juta," tuturnya, dalam acara yang digelar HSBC secara virtual, Rabu, 16 September.

Erick mengatakan, peningkatan jumlah kelas menengah mencerminkan kenaikan pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Artinya, semakin banyak kelas menengah, maka semakin makmur negara.

"Total penduduk kita 273 juta dan kalau kita bisa growth seper tiganya itu kurang lebih 90 juta. Berarti kita mempunyai market yang potensi besar, bahkan lebih besar dari beberapa negara yang sekarang terus menjadi negara besar," katanya.

Menurut Erick, data tersebut seiring dengan angka kemiskinan dan ketimpangan yang terus turun. Erick optimis Indonesia punya modal kuat untuk menjadi negara maju.

Lebih lanjut, Erick mengatakan, Indonesia merupakan negara yang beruntung memiliki potensi besar baik sumber daya manusia maupin alam yang melimpah.

"Kita bisa garap perkebunan pertanian dan lain-lain. Kita di bawah ekuator yang mana negara kepulauan yang besar ini jadi hal positif dan jadi negara kuat dan berkembang," ucapnya.

Namun, Erick tak menampik bahwa Indonesia masih memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. Salah satunya terkait dengan logistik dan iklim investasi.

"Karena itu pemerintah terus membangun infrastruktur percepatan digitalisasi bahkan pada saat krisis seperti ini tetap budget budget untuk hal ini di tahun depan terus dijalankan. Bahkan menjadi prioritas," tuturnya.