Bagikan:

SURABAYA - Ada yang menarik dalam kunjungan Ketua DPR Puan Maharani ke Pasar Tambakrejo, Surabaya. Berkeliling dari satu sudut pasar ke sudut lainnya, saat akan bergeser, Puan dihampiri Ahmadi, seorang perajin tas.

"Ini tas kreasi kami, Bu," ujar Ahmadi kepada Puan, Rabu, 2 Maret.

Puan langsung berhenti. Menyimak dengan penuh seksama penjelasan Ahmadi. Ahmadi berasal dari kelompok Tiara Handicraft, sebuah gerakan pemberdayaan untuk para penyandang disabilitas dan anak putus sekolah. 

Ahmadi menyodorkan sejumlah tas hasil kreasinya. Bermotif batik, tas karya Ahmadi memiliki beragam jenis dan ukuran. Pilihan warnanya pun beragam.

Puan tampak takjub dengan karya para penyandang disabilitas tersebut. Semangat pantang menyerah pada keadaan membuat Puan kagum. "Bagus-bagus semuanya," kata cucu proklamator RI Ir Soekarno (Bung Karno) tersebut.

Senyum Ahmadi terpancar dari wajahnya meski tertutup masker. Dia bahagia karyanya diapresiasi perempuan pertama yang menjadi ketua DPR tersebut.

Ahmadi berniat menghadiahkan tas tersebut kepada Puan. Tetapi Puan ingin membelinya, lalu menyerahkan sejumlah dana. Puan memborong empat tas karya para penyandang disabilitas tersebut. "Keren-keren tasnya. Semangat terus berkarya ya," kata Puan kepada Ahmadi. 

Ahmadi  menjadi  bagian dari Tiara Handicraft, yang getol memberdayakan penyandang disabilitas. Tiara Handicraft dirintis sejak 1995 dengan mendaur ulang botol-botol bekas. Pada 1997, Tiara Handicraft mulai mengembangkan produksi tas dan suvenir berbahan dasar kain. 

"Sejak saat itu, Tiara fokus memberdayakan penyandang disabilitas. Sampai saat ini kami sudah memberdayakan, melatih hingga mandiri lebih dari 800 penyandang disabilitas," ujar Titik Winarti, pimpinan Tiara Handicraft, kepada media setelah bertemu Puan Maharani.

Ahmadi sendiri bergabung di Tiara Handicraft sejak 2005. Dia memulai semuanya dari nol. Ahmadi menggunakan mesin jahit hasil modifikasi, menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya. "Yang paling susah adalah adaptasi mesin jahit," katanya.

Di tengah keterbatasan, Ahmadi pantang menyerah. Tak hanya belajar teknik menjahit serta produksi tas, Ahmadi juga mempelajari berbagai aspek manajemen usaha. "Saya ingin mandiri, jadi pengusaha," ujarnya.

Dia mempelajari soal manajemen, marketing, tren desain, sampai humas. Semua aspek itu dinilai Ahmadi bisa menunjang usahanya. Setelah dirasa cukup mampu, Ahmadi lantas membikin "Kanta Craft". "Sejak 2013 saya berwirausaha mandiri," katanya.

Berbagai jenis dan ukuran tas telah dia kerjakan. "Tak semuanya langsung bagus. Kadang-kadang desain muncul dari kesalahan. Saya berpikir keras agar bahan yang salah dijahit tidak terbuang, sehingga tetap bisa diselesaikan dan dipasarkan," cerita Ahmadi 

Soal pilihan nama, yaitu "Kanta", ternyata memiliki arti lensa. Tentu saja diiringi harapan agar karya-karya ini bisa menjadi sarana untuk melihat betapa sebenarnya para penyandang disabilitas tidak mau berpangku tangan dan terus bekerja tanpa lelah dalam memperbaiki kehidupan.

"Saya senang dan bersyukur bisa bertemu Ibu Puan Maharani. Bangga sekali tas bikinan kami diapresiasi beliau, dan nantinya semoga beliau berkenan memakai," ujarnya.