Bagikan:

JAKARTA - Kemelut Rusia dan Ukraina yang makin meningkat membuat KBRI Rusia memprioritaskan upaya membantu keselamatan warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di negara bekas pecahan Uni Soviet itu. Mereka menyiapkan tempat untuk pengungsian jika keadaan semakin buruk.

Demikian dikemukakan Jose Tavares, Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia saat wawancara melalui apliaksi Zoom dengan VOI, pada Kamis 24 Februari. Presiden Putin sudah memerintahkan operasi militer untuk wilayah Luhansk dan Donetsk. "Presiden Putin memang sudah menyampaikan bahwa ada special militery operation di Donbas wilayah Ukraina Timur yang meliputi Luhansk dan Donetsk," katanya.

Publik Rusia sendiri, yang dia amati, sedih dengan adanya perang ini. Namun mereka tak bisa berkutik. Negara melalui pucuk pimpinan tertinggi sudah menginstruksikan operasi militer yang banyak mendapat kecaman dari berbagai negara. Soalnya seperti perang yang terjadi di berbagai tempat, korban terbanyak pasti adalah pihak-pihak yang tak berdaya seperti anak-anak dan manula. "Masyarakat Rusia sendiri sebenarnya sedih dengan adanya pertempuran ini. Namun mereka bisa menerima operasi militer yang dilakukan di wilayah Donbas," katanya.

Salah satu bangunan yang terkena serangan. (Foto via Telegram Anton Gerashchenko)
Salah satu bangunan yang terkena serangan. (Foto via Telegram Anton Gerashchenko)

Kehidupan di kota Moskow dan daerah-daerah perbatasan dengan Ukraina, sejauh ini kata Dubes, masih berlangsung normal. "Kehidupan di Moskow sendiri masih normal. Di daerah perbatasan dengan Ukraina juga maih terkendali, meski ada 90 ribu lebih pengungsi di Rostov yang berasal dari Donbos," ungkapnya.

Jose terus berkomunikasi dengan Dubes Indonesia untuk Ukraina Ghapur Dharmaputra untuk membicarakan penyelamatan WNI yang mukim di Ukraina. "Koordinasi kita terus lakukan melalui telepon, zoom dan alat bantu komunikasi lainnya. Ada sekitar 47 orang WNI yang bermukim di perbatasan Rusia dengan Ukraina. Malah ada salah seorang WNI yang menikah dengan orang Rusia, tempat tingggalnya hanya 20 kilometer dari perbatasan. Saat ditanya mengapa tidak mengungsi mereka belum mau karena keadaan menurut dia masih terkendali," katanya.

Perang hanya menyisakan luka, korban dan kepedihan. tampak bangunan yang menjadi sasaran tembakan. (Foto via Telegram Anton Gerashchenko)
Perang hanya menyisakan luka, korban dan kepedihan. tampak bangunan yang menjadi sasaran tembakan. (Foto via Telegram Anton Gerashchenko)

Jadi, lanjut Jose Tavares, WNI tersebut belum mau mengungsi ke Moskow mislanya. Padahal mereka punya apartemen di ibukota Rusia. "Ya bagaimana kalau yang bersangkutan belum mau mengungsi dari daerah Milarova. Padahal jaraknya hanya 20km dari perbatasan," ungkapnya.

Kalau situasi memburuk, pihak KBRI akan menyarankan WNI untuk pindah dari daerah yang berbahaya. "Sementara ini kami menyarankan mereka untuk pindah ke Rostov yang lenih aman. Nanun kalau keadaan makin memburuk, Moskow menjadi pilihan untuk pengungsi. Ada sekolah Indonesia di Moskow yang bisa menjadi tempat pengungsian darurat," paparnya sembari mengharapkan perang Rusia dan Ukraina bisa segera usai.