Anak-anak Rentan Terserang Diare dan Radang Paru-paru, IDI Paser Minta Orang Tua Jaga Pola Hidup Sehat
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Paser dr Ahmad Hadiwijaya. (ANTARA)

Bagikan:

PASER - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Paser dr Ahmad Hadiwijaya meminta para orang tua untuk mewaspadai penyakit yang rentan menyerang anak-anak, di antaranya diare dan radang paru-paru (pneumonia).

"Saat ini diare dan radang paru-paru rentan terjadi pada anak, sehingga perlu menjadi perhatian para orang tua," kata dr Ahmad Hadiwijaya yang juga dokter spesialis anak pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panglima Sebaya di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Antara, Kamis, 24 Februari.

Merujuk pada pasien anak di RSUD Panglima Sebaya pada Februari 2022, kedua jenis penyakit tersebut paling banyak dialami pasien anak. "Hal itu terlihat dari keterisian ruang perawatan anak sampai 80 persen, yang kebanyakan menderita diare dan radang paru-paru," katanya.

Gejala diare adalah muntah-muntah dan buang air besar lebih dari tiga kali. Sementara penyakit pneumonia gejalanya batuk, pilek, demam dan sesak nafas. Untuk mencegah kedua penyakit itu, orang tua harus menjaga pola hidup bersih dan memperhatikan gizi seimbang terhadap anak.

"Pastikan kebersihan lingkungan tempat anak tinggal dan hindari dari paparan asap rokok," ujar Hadiwijaya.

Dia mengatakan, meski saat ini pandemi COVID-19 masih melanda dan menyita perhatian masyarakat, namun kedua penyakit tersebut tetap menjadi perhatian orang tua. Selain itu juga, anak sejak dini harus dibekali dengan imunisasi.

Dikemukakannya, di awal pandemi COVID-19 keikutsertaan anak mengikuti imunisasi secara nasional hanya 60-70 persen, padahal idealnya 80-100 persen anak harus mengikuti imunisasi.

Hadiwijaya menyebutkan, imunisasi yang wajib diberikan kepada anak, yaitu Imunisasi BCG, untuk melindungi anak dari penyakit tuberkulosis (TB), diberikan satu kali saja saat bayi berusia dua atau tiga bulan.

Kemudian imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak berat, yang memicu pneumonia, diare, dan radang otak (ensefalitis). Imunisasi campak diberikan sebanyak tiga kali, yaitu saat berusia sembilan bulan, 18 bulan dan enam tahun.

Selanjutnya, imunisasi DPT-HB-HiB, adalah vaksin kombinasi yang mampu mencegah enam penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali, yaitu saat bayi berusia dua bulan, tiga bulan, empat bulan, dan 18 bulan.

Selanjutnya, imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B yang dapat berujung pada sirosis dan kanker hati. Imunisasi diberikan kepada bayi sebanyak empat kali, yaitu sesaat atau setelah persalinan, pada anak usia dua bulan, tiga bulan dan empat bulan.

Terakhir adalah imunisasi Polio, yang diberikan sebanyak empat kali, yaitu sejak lahir atau paling lambat saat berusia satu bulan, dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan.

Hadiwijaya juga mengungkapkan, di awal pandemi COVID-19 pemberian imunisasi sempat ditunda sehingga memunculkan kekhawatiran adanya penyakit, yang seharusnya bisa dicegah melalui imunisasi.

"Para orang tua harus tetap memperhatikan tumbuh kembang anak. Gizi buruk atau stunting terus mengintai tumbuh kembang anak. Oleh karena itu para orang tua diharap tidak lalai memperhatikan pertumbuhan anaknya," imbaunya.

Selain itu, orang tua juga harus menjaga anaknya jangan sampai terpapar COVID-19, pastikan selalu menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker adalah hal yang paling sulit dilakukan anak. Tapi hal itu penting dilakukan.

Dia kembali menyebutkan, dari total kasus COVID-19 di Indonesia, 13 persen diantaranya terjadi pada anak. Angka vatalitasnya anak sekitar 1-3 persen. Paling tinggi se-Asia, yang rata-rata di bawah satu persen.

"Saat ini sudah ada vaksinasi anak usia 6-11 tahun, para orang tua tidak perlu khawatir anaknya divaksin sebab vaksin dipastikan aman dan halal," ujarnya.