Bagikan:

BINTAN - Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau meminta warga untuk mewaspadai penyakit infeksi saluran penyakit atas (ISPA) yang dalam beberapa pekan terakhir menyerang anak-anak setempat.

Kepala Dinas Kesehatan Bintan Gama AF Isnaeni mengatakan, kasus penyakit ISPA saat cuaca buruk seperti sekarang ini meningkat. Dalam sehari, rata-rata jumlah anak yang terserang ISPA lebih dari 50 orang.

"Jumlah penderita penyakit ISPA yang masuk lima besar nasional terbanyak di Bintan," kata dokter spesialis anak tersebut di Bintan, Antara, Senin, 27 November. 

Gama menjelaskan ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, meliputi hidung, sinus, faring, dan laring. ISPA disebabkan mikroorganisme seperti Adenovirus, yang dapat menyebabkan pilek, bronkitis, dan pneumonia. Sementara penderita yang terinfeksi Rhinovirus menyebabkan pilek.

"Dalam kondisi tertentu, ISPA dapat meningkat menjadi radang paru-paru, terutama ketika orang terinfeksi Pneumokokus," katanya.

Anak-anak yang terserang ISPA memiliki gejala seperti hidung tersumbat, pilek, batuk kering, demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorokan, demam dan sulit bernapas.

"Jika panas mencapai 39 derajat celcius harus segera dibawa ke rumah sakit," imbaunya.

Berdasarkan hasil penelitian, kata dia faktor yang bisa meningkatkan resiko ISPA pada balita yakni status gizi, belum imunisasi, tidak mendapatkan ASI eksklusif, paparan asap rokok selama kehamilan, kepadatan tempat tinggal, dan perilaku merokok dalam keluarga.

"Rumah yang lembab dan kurang pencahayaan juga potensial menyebabkan ISPA," ucapnya.

Ia mengungkapkan untuk mencegah anak di bawah lima tahun supaya tidak tertular ISPA sebaiknya para orang tua menjaga lingkungan rumah dan sekitar rumah tetap bersih.

"Makan-makanan yang bergizi," imbaunya.

Penyakit ISPA relatif tidak berbahaya, namun dampak kesehatan yang ditimbulkannya cukup berbahaya jika tidak ditangani secara serius. Anak-anak yang mengalami batuk, flu dan demam biasanya tidak mau makan. Akibatnya, mereka kekurangan asupan gizi.

"Kalau kekurangan gizi, tentu akan menimbulkan dampak lainnya. Ini yang harus dicegah melalui pengobatan yang benar," katanya.

Gama mengemukakan ISPA pada bayi berusia 6 bulan atau di bawah setahun, anak-anak yang lahir prematur atau yang memiliki riwayat jantung bawaan atau penyakit paru-paru, dan anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko sehingga perlu segera ditangani tim medis.

 

"Orang dewasa yang mengidap penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung progresif, atau asma juga berisiko ketika terserang ISPA," ujarnya.