Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani, menyoroti kerusuhan di Wamena, Papua yang menyebabkan 12 orang meninggal dunia. Dalam peristiwa tersebut, polisi telah menangkap 13 orang yang diduga menjadi pemicu kerusuhan akibat hoaks penculikan anak. 

Aryani lantas mengkritik pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD yang mengklaim kondisi Papua baik-baik setelah Gubernur nonaktif Papua, Lukas Enembe ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya, apa yang terjadi di Papua belakangan ini patut menjadi catatan pemerintah. 

"Kami mengingatkan kepada Menkopolhukam yang beberapa waktu lalu menyampaikan Papua relatif tenang setelah penangkapan Lukas Enembe. Sayangnya, fakta di lapangan saat ini justru tidak mengkonfirmasi pernyataan tersebut," ujar Christina dalam keterangannya, Senin, 27 Februari. 

Legislator Golkar itu menegaskan, pemerintah harus mengusut tuntas pemicu dan menemukan aktor intelektual dibalik kericuhan yang terjadi pada Kamis lalu. Sebab menurutnya, banyak kerusuhan di Papua yang kerap dipicu oleh penyebaran berita bohong atau hoaks dan dipercaya oleh masyarakat. 

"Dalam catatan kami, pola ini terus berulang dalam kejadian lain di Papua, sebar hoaks, provokasi, lalu ciptakan kerusuhan," tegas Christina.

Sebagai informasi, Polri menahan 13 orang buntut dari kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan pada Kamis, 23 Februari. 

Adapun korban meninggal dunia pasca kerusuhan di Kampung Yomaima Distrik Napua berjumlah 12 orang. Sebanyak 10 korban adalah warga lokal, sedangkan 2 korban adalah pendatang.

Sebelumnya, Menkopolhukam Mahfud MD pada Senin, 16 Januari, lalu menyatakan kondisi keamanan Papua terkendali usai Lukas Enembe ditangkap KPK.

 

Bahkan, Mahfud membantah laporan Komnas HAM yang menyebut ada peningkatan ekskalasi kekerasan di Papua meningkat. Mahfud juga mengklaim penangkapan Lukas Enembe banyak didukung oleh warga Papua.

"Ya ndak tahu ya, laporannya kapan Komnas HAM, malah ekskalasi kekerasan ndak ada," kata Mahfud di Istana Merdeka.