Bagikan:

JAKARTA - Prediksi pemerintah soal terjadinya "ping-pong" COVID-19 dari Pulau Jawa-Bali ke luar Jawa-Bali mulai terbukti. Dalam artian, setelah kasus COVID-19 di Jawa-Bali mengalami kenaikan lalu kembali melandai, kenaikan kasus bergeser ke luar Jawa-Bali.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa saat ini terjadi kenaikan kasus yang tinggi di luar Jawa-Bali, setelah sebelumnya lonjakan kasus berada di Jawa-Bali.

"Saat ini kita perlu waspada secara menyeluruh. Jika beberapa waktu lalu kasus nasional sangat didominasi oleh provinsi di Jawa-Bali, saat ini proporsi dari provinsi di luar Jawa-Bali mulai mengalami peningkatan," kata Wiku dalam tayangan Youtube BNPB Indonesia, dikutip pada Rabu, 23 Februari.

Wiku mengungkapkan, kenaikan pada luar Jawa-Bali lebih cepat dan signifikan, sehingga kontribusinya terhadap kasus nasional juga meningkat.

Pada akhir Januari lalu, kasus mingguan di luar Jawa-Bali hanya sekitar 600 kasus. Pada minggu ini, angkanya meningkat tajam menjadi 95.000 kasus hanya dalam satu minggu.

Selain itu, pada akhir Januari lalu, kenaikan kasus nasional hampir seluruhnya dikontribusikan dari Pulau Jawa-Bali yaitu 95,34 persen. Seiring waktu, persentasenya kini semakin menurun dan digantikan oleh kontribusi kasus dari provinsi luar Jawa-Bali.

"Jika pada awalnya luar jawa-bali hanya menyumbangkan 3 sampai dengan 4 persen dari total kasus nasional, saat ini angkanya terus naik hingga mencapai 24 persen dari total kasus nasional," urai Wiku.

Berdasarkan pembedahan kasus per provinsi, Sumatera Utara menjadi provinsi di luar Jawa-Bali dengan kenaikan kasus mingguan tertinggi jika dibandingkan dengan kasus pada akhir Januari lalu.

Wiku menjabarkan, Sumatera Utara mengalami penambahan kasus sebesar 12.000 kasus dalam satu minggu. Disusul Sulawesi Selatan dan Kalimantan timur, dengan bertambah masing-masing 10.000 kasus. Sumatera Selatan 6600 kasus, Sulawesi Utara 5.800 kasus, Lampung 5.500 kasus, Papua 4.400, Riau dan Kalimantan Selatan 4.200 kasus, serta Sumatera Barat 3.400 kasus.

"Artinya, dalam 4 minggu, kasus di provinsi-provinsi ini naik 100 hingga 300 kali lipat," ucapnya.

Oleh sebab itu, Wiku menyatakan setiap pemerintah, khususnya yang mengalami kenaikan kasus saat ini perlu menyesuaikan strategi pengendalian.

"Seperti yang saya pernah sampaikan, setiap terjadi kenaikan kasus di Jawa-Bali maka dalam 2 sampai dengan 3 minggu setelahnya akan disusul peningkatan diluar Jawa-Bali di pula," tutur Wiku.

"Salah satu yang penting dilakukan adalah terus meningkatkan pencegahan penularan hingga level kecil dengan penerapan PPKM melalui posko desa atau kelurahan," imbuhnya.