Pria Ini Berhasil Kembalikan Warna Ungu Tyrian dari Zaman Kuno, Dijual 2.500 Dolar AS per Gram
Ilustrasi Siput Murex. (Wikimedia Commons/Bernard DUPONT)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang penggemar sejarah Tunisia membuat pewarna dari cangkang siput laut, terinspirasi dari proyek sekolah beberapa dekade lalu dari Carthago kuno, serta pewarnaan ungu yang membawa kekayaan luar biasa ke dunia klasik.

Mouhamad Ghassen Nouira bekerja dari sebuah gubuk di kebunnya untuk memproses siput murex, menggunakan teknik yang pertama kali dikembangkan oleh orang Fenisia untuk menghasilkan pewarna yang dikenal sebagai ungu Tyrian, dijual secara online dengan harga sekitar 2.500 dolar AS per gram.

Begitu mahalnya warna tersebut, sehingga di zaman kuno sehingga orang Romawi membatasi penggunaannya untuk kalangan elite, yang jubah berjumbai ungunya menjadi tanda dinasti paling kuat di Mediterania.

Untuk Fenisia kuno, dari Lebanon moderen, perdagangan ungu Tyrian membantu membangun kerajaan dagang yang mendirikan koloni baru di Mediterania, termasuk di Carthage, dekat Tunisia moderen, di bawah mitos Ratu Dido.

"Hobi ini dimulai ketika saya masih kecil di kelas sejarah mempelajari orang Kanaan, Fenisia, dan Kartago, bagaimana mereka terkenal karena mengekstraksi ungu dari murex dan harganya lebih mahal daripada emas," terang Nouira seperti melansir Reuters 8 Februari.

Bertahun-tahun kemudian, dia melihat murex mati di pantai dan mengingat kelas sejarahnya, memutuskan untuk bereksperimen dengan cara membuat pewarna.

"Sejak saat itu saya memulai petualangan saya," tukasnya.

siput murex
Warna yang dihasilkan siput Murex. (Wikimedia Commons/U.Name.Me TeKaBe)

Pemukim Fenisia diyakini telah mendirikan Kartago kira-kira 3.000 tahun yang lalu, berkembang menjadi salah satu kekuatan besar zaman kuno dengan angkatan laut perkasa, berbasis di kompleks pelabuhan yang hampir tak tertembus.

Di bawah jenderal terbesarnya Hannibal, yang menggiring gajah perang melintasi Spanyol dan melintasi Pegunungan Alpen, Carthage hampir menaklukkan Italia. Tapi Roma yang akhirnya menang.

Kota ini kemudian dibangun kembali oleh orang Romawi dan sekarang menjadi pinggiran Kota Tunis, dengan pilar-pilar bangunan kuno yang menonjol di sepanjang jalan perumahan dan pelabuhan yang dulunya perkasa menjadi rumah bagi perahu nelayan kecil, dengan cangkang murex yang menghiasi pantai di dekatnya.

Seiring berlalunya waktu, rahasia mengubah murex menjadi pewarna Tyrian secara bertahap hilang sampai beberapa penggemar mulai mencoba membuat ulang formula tersebut.

Nouira menghabiskan 14 tahun mencari cara untuk menghasilkan pewarna dari siput murex yang dia beli dari nelayan setempat, mengekstrak kelenjarnya, menghancurkan cangkangnya, memfermentasi dan memasaknya, hingga akhirnya menghasilkan bubuk ungu dalam jumlah kecil.

Dibutuhkan 54 kilogram cangkang murex untuk menghasilkan satu gram ungu Tyrian, sehingga sulit untuk menjadi layak secara ekonomi. Gundukan besar cangkang pecah dari industri pewarna berabad-abad yang lalu, masih ditemukan di dekat pusat-pusat besar Fenisia.

Pada awalnya orang mengkritik hobi barunya, katanya, mengeluh tentang waktu dan energi yang dia curahkan untuk itu. Tetapi ketika dia mulai mendapatkan hasil, orang-orang melihat dia menyukai sesuatu.

"Kritik berubah menjadi dorongan dan itu memotivasi saya untuk terus maju," pungkas Nouira.