PDIP Sulit Diterima di Sumatera Barat, Pengamat: Karena Dianggap Partai Nasionalis
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri melalui teleconference memberikan pengarahan (Foto: Dokumentasi DPP PDIP)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku bingung dengan sikap warga Sumatera Barat yang tampaknya tak dapat menerima partainya. Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai partai berlambang banteng itu sulit diterima di Sumbar karena daerah itu sangat agamis dan kuat dalam konteks mengamalkan ajaran Islam.

Sementara PDIP selama ini terkesan sebagai partai nasionalis yang tidak ramah dengan Islam karena adanya kader mereka yang mengecam tokoh yang dihormati umat muslim.

"Jadi wajar saja jika masyarakat dan tokoh di Sumatera Barat tidak menaruh simpati pada PDIP," kata Ujang kepada VOI, Kamis, 3 September.

Ujang mengakui, secara historis memang banyak tokoh dari Sumatera Barat yang bergerak memerdekakan Indonesia bersama Soekarno seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka. Belum lagi, Bukittinggi juga memiliki nilai sejarah karena pernah menjadi ibukota darurat.

"Namun dalam berjalannya waktu, masyarakat Sumbar yang kritis dan agamis sulit menerima PDIP. Karena tadi di atas, PDIP kurang terlalu 'ramah' terhadap Islam," jelasnya.

Jika PDIP ingin agar dapat diterima di wilayah Sumatera Barat, Ujang menilai cara yang dapat ditempuh PDIP adalah dengan menonjolkan wajah agamis dalam partai tersebut sehingga lambat laun masyarakat di sana mendapat simpati.

"Adanya sayap partai seperti Baitul Muslimin di PDIP, itu bagian dari strategi untuk mendekati kalangan Islam. Tapi itu tidak cukup. Harus secara khusus PDIP membuktikan diri bahwa PDIP ramah terhadap Islam dan tokohnya," ungkap dia.

Pengamat politik ini juga menegaskan tak moncernya PDIP di Sumbar juga bukan buntut dari ketidaksukaan atau sentimen negatif terhadap Jokowi karena sejumlah isu yang berhembus saat pemilihan presiden. Ketidaksukaan ini murni karena kekritisan masyarakat Sumbar dalam menilai PDIP.

"Masyarakat Sumbar tidak sentimen. Namun masyarakat Sumbar cerdas dan kritis atas realita yang ada di PDIP," tegasnya.

Sebelumnya, saat memberikan pengarahan kepada calon kepala daerah yang diusungnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sempat mempertanyakan mengapa Sumatera Barat sulit menerima partainya meski banyak tokoh di wilayah tersebut ikut berjuang bersama ayahnya, Soekarno.

Selain itu, Mega juga mengakui sulit untuk membuat masyarakat di wilayah tersebut memilih kepala daerah dari partainya.

"Kalau saya melihat Sumbar itu, saya pikir, kenapa ya rakyat Sumbar itu sepertinya belum menyukai PDI Perjuangan? Meskipun sudah ada beberapa daerah yang mau, meminta, sudah ada katakan kantor DPC-nya, DPD-nya. Tapi kalau untuk mencari pemimpin di daerah tersebut, menurut saya masih akan agak sulit," kata Mega saat memberikan pengarahan bagi calon kepala daerah secara virtual yang baru saja diumumkan, Rabu, 2 September.

"Padahal kalau kita ingat sejarah bangsa, banyak orang dari kalangan Sumbar yang menjadi nasionalis. Yang pada waktu itu kerja sama dengan Bung Karno, seperti Bung Hatta. Bung Hatta kan sebenarnya datang dari Sumbar," imbuhnya.

Melihat kesulitan mendapat perhatian dari masyarakat Sumatera Barat, dia kemudian memerintahkan kadernya untuk mempelajari mengapa masih ada daerah yang belum menerima dan mempercayainya. "Itulah salah satu bagian dari kerja keras kita, kerja besar kita," tegasnya.