Kecam Sanksi AS Terhadap Iran, Menlu China Dukung Teheran Kembali ke Kesepakatan Nuklir 2015
Menlu China Wang Yi. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента Российской Федерации)

Bagikan:

JAKARTA - China menegaskan kembali penentangannya terhadap sanksi sepihak oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, saat menteri luar negeri kedua negara mengumumkan peluncuran perjanjian kerjasama 25 tahun yang bertujuan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan politik.

Dalam pertemuan pada Hari Jumat di Kota Wuxi, di Provinsi Jiangsu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi juga mendukung upaya untuk menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 antara negara-negara besar dan Iran.

Ringkasan pertemuan antara Menteri Wang dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian diunggah di situs Kementerian Luar Negeri China pada Hari Sabtu.

Wang yang juga Penasihat Negara mengatakan, AS memikul tanggung jawab utama atas kesulitan yang sedang berlangsung dengan Iran, setelah secara sepihak menarik diri dari Kesepakatan Nuklir 2015 antara negara-negara besar dan Iran.

Di bawah ketentuan kesepakatan itu, sebagai imbalan atas pencabutan sanksi internasional, Iran akan membatasi aktivitas pengayaan uranium, membuatnya lebih sulit untuk mengembangkan senjata nuklir, meskipun Teheran menyangkal memiliki rencana untuk senjata nuklir.

Menteri Wang mengatakan China akan dengan tegas mendukung dimulainya kembali negosiasi pakta nuklir, mengutip Reuters 15 Januari.

Namun, dia mengatakan China dengan tegas menentang sanksi sepihak terhadap Iran, manipulasi politik melalui topik termasuk hak asasi manusia, campur tangan dalam urusan internal Iran dan negara-negara regional lainnya.

Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi yang merusak ekonomi Iran setelah menarik diri dari pakta nuklir pada 2018, dengan mengatakan ketentuan itu tidak cukup untuk mengekang kegiatan nuklir Iran, program rudal balistik dan pengaruh regional.

Setahun kemudian, Iran mulai secara bertahap melanggar kesepakatan, membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, menyempurnakannya dengan kemurnian fisil yang lebih tinggi dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.

China dan Iran yang sama-sama dikenai sanksi AS, menandatangani perjanjian kerja sama 25 tahun Maret lalu, membawa Iran ke Inisiatif Sabuk dan Jalan China, skema infrastruktur multi-triliun dolar yang dimaksudkan untuk membentang dari Asia Timur ke Eropa.

Proyek ini bertujuan untuk memperluas pengaruh ekonomi dan politik China secara signifikan, dan telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat dan di tempat lain.

Ringkasan kementerian luar negeri mengatakan perjanjian itu akan memperdalam kerja sama China-Iran di berbagai bidang termasuk energi, infrastruktur, pertanian, perawatan kesehatan dan budaya, serta keamanan siber dan kerja sama dengan negara lain.

Untuk diketahui, Iran dan AS tetap terkunci dalam pembicaraan mengenai apakah kompromi dapat ditemukan untuk memperbarui kesepakatan dan menghilangkan ketakutan akan Perang Timur Tengah yang lebih luas. Sebuah sumber yang dekat dengan negosiasi mengatakan pada Hari Jumat, banyak masalah masih belum terselesaikan.

Sementara, Menteri Wang yang awal pekan ini bertemu dengan beberapa rekan dari negara-negara Teluk Arab yang prihatin dengan potensi ancaman dari Iran, juga mengatakan China berharap untuk membentuk mekanisme dialog dengan negara-negara Teluk untuk membahas masalah keamanan regional.