Kunci Cegah Klaster Omicron Hanya Lewat <i>Testing</i> dan <i>Tracing</i>
ILUSTRASI PIXABAY

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan kunci untuk mencegah terbentuknya klaster akibat varian Omicron di masyarakat hanya dapat dilakukan lewat kegiatan testing dan tracing.

“Supaya klaster ini tidak melebar atau menjadi luas, untuk mengidentifikasi tentunya tidak ada cara lain kecuali testing dan tracing,” kata Nadia dikutip Antara, Selasa, 28 Desember.

Menanggapi upaya pemerintah agar klaster baru tak terbentuk, Nadia menuturkan bahwa pemerintah terus melakukan pemantauan terhadap peningkatan risiko terbentuknya klaster akibat Omicron di seluruh wilayah sampai dengan tingkat desa dan kelurahan. Melalui deteksi pada orang-orang yang diduga melakukan kontak erat dengan orang yang positif COVID-19.

Pendeteksian itu, dilakukan dengan menerapkan lockdown dalam skala mikro (micro lockdown) di suatu titik lokasi, untuk mencegah pembentukan klaster orang yang positif terkena Omicron lolos dari pengawasan yang berpotensi memperlebar peluang terjadinya lonjakan kasus COVID-19.

Saat kasus Omicron pertama ditemukan pada seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet pada Kamis, 16 Desember, yang menyebabkan diberlakukannya isolasi selama tujuh hari penuh pada tempat tersebut.

Selain itu, pendeteksian juga dilakukan dengan memisahkan orang yang positif COVID-19 dengan populasi yang sehat melalui isolasi terpusat maupun isolasi mandiri guna melokalisir terjadinya penularan lebih meluas lagi.

Nadia menjelaskan untuk menjalankan kegiatan testing dan tracing, pemerintah harus data menggerakkan seluruh personel Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sampai dengan tingkat RT, RW, desa hingga balai desa sebagai salah satu intervensi pencegahan transmisi Omicron.

Melalui cara yang digunakan, dia berharap tidak ada klaster baru akibat Omicron yang terbentuk. Nadia juga berharap semua pihak mau bekerja sama terus mengedepankan protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan tidak berpergian menjelang pergantian baru supaya tidak terjadi lonjakan kasus COVID-19.

“Kita berharap jangan sampai ada klaster-klaster baru dan kemudian kunci tidak adanya atau munculnya klaster tersebut adalah dengan cepat deteksi,” tegas Nadia.