Bagikan:

DENPASAR - Gubernur Bali Wayan Koster meminta bupati/wali kota di daerah itu untuk menambah petugas penelusuran kontak erat (tracing) dan tes (testing) COVID-19.

Perintah ini salah satu upaya untuk mengendalikan penyebaran kasus baru COVID-19 yang melonjak tajam di Pulau Dewata.

"Bupati/Wali Kota agar menambah petugas tracing, testing, dan swab. Tim Gabungan Dandim, Kapolres dan tenaga kesehatan serta mahasiswa/relawan akan melaksanakan tracing dan testing warga di tempat dengan swab PCR atau antigen," kata Koster di Denpasar dikutip Antara, Jumat, 13 Agustus.

Menurut dia, hal tersebut merupakan bagian dari arahan yang disampaikan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan dalam rapat evaluasi pada Kamis, 12 Agustus agar PPKM Level 4 di Bali berjalan lebih optimal.

Untuk penelusuran dan tes COVID-19 terhadap warga yang mengalami kontak erat minimum 10 orang kontak erat untuk setiap kasus baru.

Sementara itu, bagi anggota keluarga dalam satu rumah ada terkena kasus COVID-19, maka semua anggota keluarga dalam satu rumah dan keluarga terdekat diwajibkan untuk mengikuti tracing dan testing, serta tidak diperkenankan melakukan aktivitas keluar rumah.

"Warga positif COVID-19 yang baru akan langsung dijemput oleh Dandim dan Polres untuk dibawa ke tempat isolasi/karantina terpusat atau warga bisa berinisiatif ke tempat yang telah ditentukan oleh kabupaten/kota.

Selain itu, Koster meminta bupati/wali kota agar menambah tenaga input data dan tenaga kesehatan serta menambah jam buka puskesmas. Hal ini agar data kasus harian semua bisa dimasukkan ke sistem sampai selesai, tidak boleh ada sisa kasus harian yang di-input.

"Saya meminta jajaran pemerintah daerah, Kodam IX/Udayana, Polda Bali, dan para pihak lain agar kompak bekerja keras secara bersama-sama, bergotong-royong, bersinergi, dan berkolaborasi dalam menangani pandemi COVID-19," ujarnya.

Hingga Jumat ini, penambahan kasus harian COVID-19 di Provinsi Bali masih tinggi. Bahkan penambahan kasus baru hari ini mencatatkan rekor yang tertinggi yakni sebanyak 1.910 orang dengan rincian 1.504 orang melalui transmisi lokal, 394 orang pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) dan 12 pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Secara kumulatif jumlah kasus positif COVID-19 yang terkonfirmasi di Bali hingga saat ini sebanyak 93.161 orang.

Demikian juga dengan kasus kematian akibat COVID-19 pada hari ini juga mencatatkan rekor tertinggi yakni sebanyak 51 orang, sehingga secara kumulatif jumlah kasus meninggal dunia karena COVID-19 di Provinsi Bali menjadi 2.630 orang (2,82 persen).

Pada hari ini dilaporkan ada tambahan sebanyak 2.124 orang yang sembuh, atau secara kumulatif pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 menjadi sebanyak 78.204 orang (83,94 persen). Sedangkan jumlah kasus aktif hingga Jumat ini menjadi sebanyak 12.327 orang (13,23 persen).

Luhut Memantau Bali

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Pandjaitan sebelumnya melakukan kunjungan kerja  ke Pulau Bali untuk meninjau penanganan COVID-19.

Menko Luhut menyebut vaksinasi di Bali sudah cukup baik mencapai 90 persen. Kemudian, untuk penanganan Isolasi terpusat (Isoter) seperti di Buleleng, Bali, juga cukup baik karena orang yang terkena COVID-19 sudah ratusan yang sudah keluar atau sembuh.

"Kedua itu, masalah isoter jadi supaya sebanyak mungkin yang kena itu masuk di isoter. Karena di isoter Buleleng itu sekian ratus yang sudah keluar tidak ada satu pun yang meninggal," kata Luhut, di Denpasar, Bali, Kamis, 12 Agutus.

Namun, untuk Bali yang masih kurang adalah soal tracing dan testing kepada masyarakat dan hal itu harus menjadi perhatian.

"Memang testing dan tracing masih kurang di Bali, jadi ini yang harus diperhatikan.  Bali sekarang 90 persen sudah vaksin, mestinya sudah bagus tapi ini masih stagnan belum turun (kasus COVID-19). Kami sudah lihat dari tim beberapa hari di sini," paparnya.

Menko Luhut menekankan, isoter adalah menjadi kunci untuk menghambat penyebaran kasus COVID-19 di Bali. Isoter juga dapat mengurangi terjadinya klaster keluarga.

"Satu masalah isoter jadi kunci. Jadi, bagaimana tadi sebanyak mungkin masuk ke dalam isoter jadi mengurangi klaster-klaster di keluarga. Yang kedua acara-acara keagamaan sementara di redam dulu. Ini kan kalau sampai 1.200 kumpul-kumpul itu klaster baru," ujarnya.