Bagikan:

JAKARTA - Kasus baru COVID-19 di Inggris mencapai rekor tertinggi untuk hari kedua berturut-turut pada Hari Kamis, ketika Kepala Petugas Medis Inggris memperingatkan penerimaan rumah sakit harian juga dapat mencapai puncak baru karena varian Omicron virus corona yang menyebar cepat.

Inggris melaporkan 88.376 kasus infeksi baru, tertinggi sejak awal pandemi dan naik sekitar 10.000 sejak rekor sebelumnya yang ditetapkan pada Rabu.

Lonjakan kasus infeksi harian meningkatkan tekanan pada layanan kesehatan yang berjuang dengan staf yang kewalahan, Kepala Petugas Medis Inggris Chris Whitty mengatakan pada hari Kamis.

Varian Omicron sangat menular, sehingga meskipun terbukti lebih ringan daripada varian lain, itu masih bisa menyebabkan lonjakan penerimaan rumah sakit, ujar Whitty kepada anggota parlemen.

Sebelumnya, rekor jumlah orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 adalah 4.583 yang ditetapkan pada Januari.

"Mungkin saja, karena ini akan sangat terkonsentrasi dalam waktu singkat, bahkan jika lebih ringan, Anda bisa berakhir dengan jumlah yang lebih tinggi daripada yang pergi ke rumah sakit dalam satu hari," jelasnya mengutip Reuters 17 Desember.

Namun, dia mengatakan vaksinasi dapat mengurangi jumlah yang dirawat di perawatan intensif, mempersingkat waktu yang dihabiskan di rumah sakit. Pada Hari Kamis ada 849 penerimaan.

Sementara itu, Susan Hopkins, kepala penasihat medis di Badan Keamanan Kesehatan Inggris, mengatakan ada 15 kasus Omicron yang terbukti di rumah sakit, tetapi jumlahnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.

Meskipun kasus baru berada pada rekor tertinggi menurut data resmi, Inggris tidak memiliki kapasitas pengujian massal pada Maret 2020, ketika pandemi pertama kali melanda negara itu, sehingga skala infeksi pada saat itu tidak diketahui.

Terpisah, seorang dokter darurat senior mengatakan, rumah sakit, khususnya di London, berjuang untuk mempertahankan tingkat staf karena jumlah yang harus diisolasi dengan COVID-19.

"Bahkan jika kita belum melihat peningkatan besar dalam rawat inap, kita sudah melihat efeknya karena tidak memiliki staf untuk menjalankan shift dengan benar dan aman," Katherine Henderson, konsultan darurat di London dan presiden Royal College of Emergency Medicine, kepada Radio BBC.

"Jadi kami khawatir tentang cedera pasien yang terjadi karena kami tidak memiliki staf," sambungnya.

Menteri pendidikan juga memperingatkan masalah kekurangan staf, dan mengatakan departemennya akan bekerja dengan mantan guru yang ingin kembali ke profesi untuk membantu.

Inggris optimis dosis booster vaksin akan mencegah penyakit serius dari Omicron. Pemerintah juga telah menyarankan orang untuk bekerja dari rumah, mewajibkan pemakaian masker di tempat-tempat umum dan telah memperkenalkan izin COVID-19 untuk memasuki beberapa tempat dan acara di Inggris, tetapi telah menghentikan tindakan penguncian sebelumnya.

"Jika kelihatannya vaksin kurang efektif dari yang kami harapkan, itu misalnya akan menjadi perubahan material terhadap cara para menteri memandang risiko ke depan," tukas Whitty.