Rencananya Temui Pemimpin Rezim Militer Myanmar Tuai Kritik, PM Kamboja: Jangan Ganggu Saya!
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen. (Wikimedia Commons/UNCTAD)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengecam keras kritik yang diarahkan kepadanya, terkait rencana untuk bertemu dengan pemimpin rezim militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

"Jangan ganggu saya," tegasnya, menyebut kunjungan ke Negeri Seribu Pagoda tersebut bertujuan membantu memperbaiki citra ASEAN, dikutip dari The Irrawaddy 16 Desember.

PM Hun Sen dijadwalkan mengunjungi Myanmar dan bertemu dengan pemimpin rezim Jenderal Senior Min Aung Hlaing awal bulan depan. Perjalanan itu mendapat kecaman, karena ia akan menjadi kepala pemerintah asing pertama yang bertemu pemimpin kudeta, yang pasukannya telah menewaskan lebih dari 1.300 warga sipil sejak merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih negara itu pada Februari.

Kamboja sekarang menjadi Ketua ASEAN. Sementara Myanmar, anggota blok regional, telah berada dalam kekacauan politik dan sosial sejak kudeta karena mayoritas rakyatnya menolak pengambilalihan, bahkan 11 bulan kemudian.

Hubungan antara Myanmar dan ASEAN berubah menjadi buruk baru-baru ini, setelah blok itu mengenyampingkan pemimpin rezim dari pertemuan puncak para pemimpin negara Asia Tenggara, karena gagal mengambil langkah-langkah yang disepakati untuk menyelesaikan krisis.

"Beri saya kesempatan untuk memecahkan (masalah)," kata Hun Sen pada Hari Rabu, menurut outlet media Kamboja.

"ASEAN tidak bisa disebut ASEAN jika hanya ada sembilan anggota. ASEAN harus menyelamatkan diri dari situasi ASEAN 9," tegasnya, merujuk pada pengecualian Myanmar dari pertemuan puncak yang baru-baru ini diadakan oleh blok tersebut, yang terdiri dari 10 negara Asia Tenggara.

Sebelumnya, PM Hun Sen menerima kunjungan menteri luar negeri yang ditunjuk rezim militer Myanmar minggu lalu di ibu kota Phnom Penh.

Kunjungan Hun Sen menimbulkan pertanyaan, apakah pendirian bersatu ASEAN di Myanmar akan bertahan, sekarang karena Kamboja telah mengambil alih kepemimpinan blok regional tersebut. Sebelum konfirmasi kunjungannya pekan lalu, dia mengisyaratkan siap melakukan perjalanan ke Myanmar, yang menurutnya berhak menghadiri pertemuan ASEAN.

Sangat membutuhkan pengakuan di luar negeri dan rasa hormat di dalam negeri, rezim militer kemungkinan akan menganggap serius kunjungan dari negara yang memegang ketua ASEAN, karena tersengat oleh keputusan blok tersebut untuk mengecualikan Min Aung Hlaing dari KTT.

Pada saat yang sama, PM Hun Sen menghadapi kritik, lantaran kunjungannya akan memberikan legitimasi kepada rezim yang berlumuran darah itu.

“Tolong jangan ganggu saya, beri saya waktu (untuk bertemu dengan pemimpin Myanmar). Saya bukan guru Anda dan Anda bukan guru saya," tegasnya, menanggapi kritik atas kunjungannya, menurut media Kamboja.

Terpisah, Penasihat Departemen Luar Negeri AS Derek Chollet mendesak Kamboja pekan lalu untuk tidak membuat konsesi apa pun kepada junta militer Myanmar, ketika Phnom Penh memimpin ASEAN.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.