JAKARTA - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada Hari Jumat mengkritik keras Menteri Luar Negeri Malaysia karena 'sombong dan tidak sopan', setelah menyuarakan keprihatinan tentang pertemuan dengan rezim militer Myanmar.
Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah pekan lalu mengatakan, beberapa anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memiliki keraguan tentang kunjungan PM Hun Sen ke Myanmar.
Berkunjung sebagai Ketua ASEAN, kedatang PM Hun Sen pada 7 Januari disebut berisiko ditafsirkan sebagai pengakuan ASEAN terhadap rezim militer para jenderal Myanmar.
Menteri Saifuddin menyarankan PM Hun Sen harus meminta masukan dari rekan-rekan ASEAN sebelumnya.
Terkait, PM Hun Sen dalam panggilan telepon pada Hari Jumat dengan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) membela perjalanannya ke Myanmar dan menegur Saifuddin, menurut pembacaan percakapan yang diberikan kepada media oleh penyiar TVK.
"Samdech (Hun Sen) mengatakan menteri luar negeri tidak boleh terlalu arogan dengan pernyataan yang tidak pantas kepada para pemimpin ASEAN, terutama ketuanya," katanya, seperti mengutip Reuters 21 Januari.
"Dan dia tidak memiliki kesopanan," sambung PM Hun Sen.
Kementerian luar negeri Malaysia tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan yang disampaikan PM Hun Sen.
Penggulingan militer atas pemerintah terpilih di Myanmar tahun lalu, telah menjadi kemunduran besar bagi ASEAN karena berusaha untuk meningkatkan profil internasionalnya sebagai blok ekonomi dan politik yang beragam, terintegrasi dan efektif.
Tetapi, celah telah muncul di ASEAN mengenai cara terbaik untuk menangani kudeta militer di Myanmar.
Di bawah kepemimpinan Brunei, ASEAN membuat langkah mengejutkan akhir tahun lalu dengan melarang junta bergabung dalam pertemuan-pertemuan penting, atas kegagalannya menerapkan Lima Poin Konsensus ASEAN yang disepakati, untuk mengakhiri konflik pasca-kudeta di Myanmar.
Sementara, ketua baru Kamboja, bagaimanapun, telah mengindikasikan ingin melibatkan rezim militer, alih-alih mengisolasi para jenderal.
Pada kesempatan panggilan telepon tersebut, Presiden Jokowi mendesak Hun Sen untuk tetap berpegang pada konsensus ASEAN, sebuah seruan yang dia setujui, menurut pembacaan tersebut.
Dikatakan PM Hun Sen menekankan, kepergiannya ke Myanmar "untuk menanam pohon, bukan untuk menebang pohon" dan pernyataan Saifuddin "tidak benar dalam kerangka ASEAN."