Terancam Punah, Anak Cheetah di Somaliland Bertarung Melawan Perdagangan Hewan dan Pemanasan Global
Ilustrasi anak cheetah bersama induknya. (Wikimedia Commons/Richard Mortel)

Bagikan:

JAKARTA - Dua anak cheetah yang kelaparan mencicit dan menarik-narik tali pengikat mereka di debu putih Somaliland, saat dokter hewan pemerintah mendorong jarum melalui bulu halus untuk memberi mereka cairan dan nutrisi.

Baru berusia sekitar lima bulan, bayi cheetah mengalami dehidrasi, kerdil dan sangat kekurangan kalsium yang biasanya mereka dapatkan dari susu ibu mereka, sehingga mereka kesulitan berjalan. Tapi, setidaknya mereka masih hidup.

Dana Konservasi Cheetah (CCF) dan pemerintah Somaliland, yang memisahkan diri dari Somalia pada tahun 1991, telah menyelamatkan anak-anak cheetah yang diperdagangkan di wilayah tersebut selama empat tahun terakhir.

Hanya sekitar 6.700 cheetah dewasa yang tersisa di alam liar di seluruh dunia, dan populasinya masih terus menurun, menurut International Union for Conservation of Nature.

Kondisi ini diperparah dengan perdagangan ilegal. Anak-anak yang diculik sering ditakdirkan untuk perdagangan hewan peliharaan eksotis di Timur Tengah, tetapi hanya sedikit orang yang menyadari penderitaan yang ditimbulkannya.

Kepala CCF Dr. Laurie Marker mengungkapkan, empat sampai lima anak cheetah mati untuk masing-masing mencapai pasar perdagangan gelap. Sementara, induk mereka sering dibunuh.

Dr. Laurie menerangkan, tahun pertama mereka, CCF menerima sekitar 40 ekor anak di Somaliland. Banyak yang tidak bertahan lama. Tetapi dengan mendirikan rumah perlindungan dan memberikan perawatan hewan, mereka mampu mengurangi kematian hingga hampir nol, katanya. Saat ini organisasi tersebut menampung 67 cheetah.

cheetah
Ilustrasi anak cheetah. (Wikimedia Commons/Bernard DUPONT)

Kekeringan yang diperburuk oleh pemanasan global meningkatkan tekanan pada cheetah, katanya, karena lebih sedikit penggembalaan mendukung lebih sedikit kawanan mangsa liar dan hewan ternak.

Petani yang dulu mengabaikan ketika seekor cheetah menyerang salah satu hewan gembalaan mereka, sekarang kurang mampu menanggung kerugian, terangnya.

"Jika pemangsa memakan ternaknya, mereka jauh lebih marah. Mereka akan pergi dan melacak induknya, di mana anak-anaknya akan berada, dan mencoba mendapatkan uang dari anak-anaknya untuk mendukung kerugian yang mereka alami," paparnya, mengutip Reuters 10 Desember.

Untuk diketahui, Somaliland berencana membuka taman nasional tempat cheetah dapat berkeliaran, tukas Menteri Lingkungan Hidup Shukri Ismail Haji.

Tetapi, meskipun wilayah kecil yang memisahkan diri itu terletak di jalur yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim, ia tidak dapat mengakses sebagian besar pendanaan lingkungan karena hampir tidak ada badan dunia yang mengakuinya sebagai negara yang terpisah dari Somalia, kata menteri itu.

"Kami adalah pemerintah yang tidak diakui. Akibatnya, pendanaan internasional yang bisa kami dapatkan sangat sedikit," pungkasnya.