Presiden Erdogan Sebut Hubungan Turki - Israel Bisa Diperbaiki, Ini Syaratnya
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/The Russian Presidential Press and Information Office)

Bagikan:

JAKARTA - Turki dapat memperbaiki hubungan dengan Israel jika pemerintahan Tel Aviv mengambil langkah-langkah konkret mengenai Palestina, Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan Rabu.

Berbicara dalam keterangan kepada wartawan di Doha, Qatar, Presiden Erdogan mengatakan Turki dapat meluncurkan proses serupa dengan Israel dan Mesir, jika negara-negara tersebut mengambil langkah serupa.

Memperhatikan Turki dengan hangat menyambut permintaan Uni Emirat Arab (UEA) untuk memperbaiki hubungan, Presiden Erdogan mengatakan langkah-langkah sedang diambil untuk lebih meningkatkan hubungan yang rusak.

"Menteri luar negeri dan unit intelijen kami akan memainkan peran aktif mengenai hubungan dengan Abu Dhabi. Proses serupa bisa terjadi dengan Israel juga, mengapa tidak?" sebut Presiden Erdogan mengutip Daily Sabah 8 Desember.

Presiden Erdogan mencatat, Turki mendukung hidup dalam damai dan membangun perdamaian regional.

"Saya telah melakukan pembicaraan dengan Israel di masa lalu tetapi Israel perlu bertindak lebih sensitif mengenai kebijakan regionalnya di Palestina," jelas Presiden Erdogan, menambahkan Tel Aviv perlu bertindak secara bertanggung jawab atas masalah Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.

palestina
Ilustrasi anak-anak Palestina di wilayah perbatasan dengan Israel. (Wikimedia Commons/Harry Pockets)

Ankara akan segera memberika respon jika melihat Israel melakukan upayanya, sebut Presiden Erdogan, menambahkan kedua negara dapat menunjuk kembali utusan saat Israel mengakui tindakan yang dianggap bendera merah oleh Turki.

Hubungan antara Turki dan Israel mencapai titik terendah pada tahun 2010 setelah serangan Angkatan Laut Israel terhadap kapal bantuan Turki, Mavi Marmara, dalam perjalanan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang diblokade. Sepuluh aktivis tewas dalam serangan itu.

Peristiwa itu menyebabkan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan Turki-Israel yang telah damai selama beberapa dekade. Kedua negara bahkan memanggil utusan diplomatik mereka setelah insiden itu.

Kemudian di tahun 2013, dengan permintaan maaf Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada Turki dan pembayaran 20 juta dolar AS sebagai kompensasi kepada para korban Mavi Marmara, hubungan Turki-Israel memasuki periode normalisasi.

Pada Desember 2016, kedua negara mengangkat kembali duta besar sebagai bagian dari kesepakatan rekonsiliasi, beberapa kali menegaskan perlunya untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral.

Namun, para pejabat Turki terus mengkritik kebijakan Israel yang menargetkan warga Palestina, termasuk pemukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki dan situasi kemanusiaan di Gaza.

Warga Turki juga telah mengeluh tentang pembatasan kunjungan yang sewenang-wenang oleh Israel. Namun, kebijakan informal Israel tentang deportasi, penolakan visa, penahanan sewenang-wenang serta penundaan warga negara Turki tanpa alasan di bandara, telah gagal mengecilkan hati ratusan pengunjung setiap tahun.

Untuk diketahui, dikenal karena solidaritasnya yang tak terpatahkan dengan Palestina, Turki telah menyuarakan dukungan untuk perjuangan Palestina di ranah internasional selama beberapa dekade.

Pihak berwenang Turki menekankan satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian dan stabilitas abadi di Timur Tengah adalah melalui solusi yang adil dan komprehensif, untuk masalah Palestina dalam kerangka hukum internasional dan resolusi PBB.