Bagikan:

JAKARTA - Lembaga Survei dan Analisa Kebijakan Publik (Lanskap) mencatat elektabilitas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto masih memimpin meski banyak pemilih yang menyatakan kecewa lantaran bergabung ke pemerintah.

"Meskipun diterpa isu migrasi pemilih yang kecewa terhadap bergabungnya Prabowo ke dalam pemerintahan Jokowi, tampaknya elektabilitas Prabowo masih cukup tinggi," ujar Direktur Eksekutif Lanskap, Mochammad Thoha di Jakarta, Selasa, 30 November. 

 

Lanskap juga menanyakan pertanyaan simulasi pasangan capres-cawapres. Hasil simulasi tersebut menunjukkan tingkat keterpilihan yang tinggi terhadap pasangan dimana yang menjadi calon presidennya Prabowo. 

 

Pasangan Prabowo-Puan yang tertinggi, mendapatkan perolehan sebesar 67,7 persen dibandingkan Prabowo-Anies 63,6 persen, Prabowo-Ganjar 62,0 persen dan Prabowo-Sandi 58,7 persen. 

 

"Namun jika dibalik dimana Prabowo sebagai cawapres persentase keterpilihannya jauh menurun, tetapi masih tetap menjadi pilihan utama dalam semua simulasi yang menempatkan Prabowo sebagai cawapres. Hanya ada sebagian kecil publik memilih Prabowo diposisi cawapres dan bahwa ada sebagian besar publik memilih Prabowo sebagai capres," jelas Thoha. 

 

Menyikapi itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani menyambut baik hasil survei yang menyebut tingkat keterpilihan duet Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Ketua DPR Puan Maharani menjadi yang terkuat di Pemilu 2024 mendatang.

Menurutnya, hasil survei merupakan potret keinginan masyarakat yang masih bersifat situasional. Namun, kata Muzani, Partai Gerindra masih menimbang berbagai kondisi politik aktual. Pihaknya, akan bersikap jika sudah waktunya.

"Keputusan politik akan kita ambil pada waktu yang tepat pada suasana yang benar," ujar Muzani kepada wartawan, Rabu, 1 Desember. 

Hal itu, tambah Muzani, untuk memprediksi segala kemungkinan agar menghasilkan keputusan yang tepat. "Untuk bisa tepat maka survei adalah salah satu indikator atau salah satu cara. Banyak lembaga survei, bukan hanya satu, kira-kira seperti itu," kata Muzani.

 

Lantas Akankah duet Prabowo-Puan bakal terwujud? 

 

Pengamat Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai langkah Partai Gerindra yang masih menengok sejumlah survei terkait kemungkinan pasangan calon Prabowo Subianto-Puan Maharani di Pilpres 2024 menandakan pasangan tersebut belum pasti terjadi.

 

"Sepertinya Gerindra akan melihat dinamika politik ke depan. Salah satu parameternya temuan survei politik yang jadi rujukan. Ini artinya, pasangan Prabowo-Puan belum bisa dikunci dari sekarang, karena masih ada pertimbangan dinamika survei. Masih ada kemungkinan lain yang bisa berubah," ujar Adi Prayitno, Rabu, 1 Desember. 

 

Menurutnya, Gerindra sudah membaca kemungkinan yang terjadi jika Prabowo dipasangkan dengan Puan Maharani. Dia menyebut Gerindra mungkin meyakini pasangan Prabowo-Puan bisa kalah jika melawan nama-nama yang populer.

"Gerindra pasti sudah baca data-data survei yang mensimulasikan pasangan Prabowo-Puan kalah jika berhadapan dengan nama besar seperti pasangan Ganjar-Sandi. Tapi Prabowo-Puan menang jika berhadapan nama-nama yang tak populer tapi memaksakan diri maju. Di sinilah letak pentingnya survei dalam melihat ke depan. Karena itu, maju tidaknya Prabowo-Puan sangat tergantung siapa lawan yang akan dihadapi," katanya.

Kendati demikian, Adi mengatakan Gerindra bukan meragukan pasangan calon Prabowo-Puan. Namun, menurutnya Gerindra menyadari masih banyak terbuka pasangan lainnya yang lebih kuat untuk dipasangkan seperti Ganjar Pranowo dan Sandiaga.

"Bukan ragu, persisnya melihat perkembangan dinamika politik seperti apa. Terutama soal siapa lawan yang akan dihadapi Prabowo-Puan. Kalau lawannya kuat mungkin saja skenario Prabowo-Puan berubah, misalnya PDIP-Gerindra memajukan Ganjar-Sandi. Opsi ini masih terbuka pergerakan politik begitu dinamis. Tapi sebaliknya kalau lawan Prabowo-Puan lemah duet ini sepertinya bakal terwujud. Karena itulah, duet Prabowo-Puan tak bisa dikunci saat ini karena masih melihat berbagai kejutan politik yang datang dari berbagai penjuru mata angin," jelasnya.

Namun, Adi menyebut dengan kondisi saat ini hampir bisa dipastikan Gerindra bakal berkoalisi dengan PDIP pada 2024 mendatang. Saat ini, kedua partai hanya tinggal mencari pasangan yang tepat.

"Kalau melihat kecenderungan saat ini hampir bisa dipastikan PDIP-Gerindra bakal koalisi. Ibarat orang pacaran dua partai ini sudah saling cocok. Tapi sebelum ada janur kuning melengkung apapun bisa terjadi. Ini yang sepertinya membuat Muzani mengeluarkan pernyataan perlu lihat-lihat hasil banyak survei," pungkasnya.