JAKARTA - Duet Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dinilai bisa terwujud pada Pilpres 2024. Prabowo sebagai capres dan Puan sebagai cawapres maupun sebaliknya bila koalisi Gerindra dan PDIP terealisasi.
“Pasangan ini paling cocok karena faktor usia (tua-muda), jenis kelamin (pria-wanita), serta latar belakang militer-sipil,” ujar Direktur Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara, Kamis, 10 Juni.
Namun menurutnya belum bisa diprediksi soal finalisasi pembagian siapa yang menjadi capres, siapa yang cawapres. Sebab, kata Igor, keduanya sama-sama memiliki kelebihan tersendiri untuk ditempatkan sebagai calon RI 1.
Selain itu, jika dibandingkan dari partai PDIP lebih memimpin daripada Gerindra. Sementara, elektabilitas Prabowo lebih tinggi ketimbang Puan.
“Salah satu kendala dari pasangan ini adalah pandangan bahwa PDIP sebagai parpol pemenang pemilu dengan 128 kursi di parlemen, apa mau memposisikan kandidatnya di posisi RI-2?," kata Igor.
"Jawabannya tentu bisa mengingat elektabilitas Prabowo yang jauh lebih tinggi, begitu juga dengan pengalamannya,” sambungnya.
Menurutnya, bisa saja dilakukan redefinisi ulang Perjanjian Batu Tulis nantinya. Kala itu, pada perjanjian Batu Tulis 2009 (jilid I) ada klausul bahwa Prabowo sebagai cawapres dan Megawati sebagai capres.
Saat itu ada kesepakatan PDIP akan mendukung Prabowo di Pilpres 2014. Namun batal karena akhirnya PDIP mencalonkan Joko Widodo.
“Maka nanti kebalikannya, Batu Tulis 2024 (jilid II) juga bisa dibuat klausul bahwa jika Puan Maharani menjadi cawapres Prabowo di 2024, maka Gerindra gantian mendukung pencalonan Puan Maharani sebagai capres pada tahun 2029 berikutnya,” ujar Igor.
BACA JUGA:
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto berbicara soal gambaran koalisi 2024. Hasto bicara dari perjanjian Batu Tulis antara pihaknya dengan Prabowo Subianto hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Kalau prasasti Batu Tulis yang dimaksud dalam konteks politik, Prabowo dan Megawati, ya pemilu sudah selesai 2009. Sehingga syarat menjalankan pemerintahan bersama ketika menang pemilu terbukti tidak bisa diwujudkan," kata Hasto dalam keterangan tertulis.
Tanggapan ini disampaikan Hasto soal pernyataan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mengenai peluang Prabowo diusung PDIP di Pilpres 2024. Hal itu terkait dengan Perjanjian Batu Tulis diantara kedua partai di Pilpres 2009 lalu, saat Megawati-Prabowo maju sebagai pasangan.