Bagikan:

JAKARTA - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Maluku Utara (Malut) mengamankan 14 anak dan remaja penyalahguna lem Aibon, melalui kerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kota Ternate.

"Ke-14 anak dan remaja ini terciduk menghirup lem Aibon di lokasi Benteng Oranye Ternate melalui tim Satpol PP," kata Kepala BNNP Malut Brigjen Pol Wisnu Handoko SIK MM, didampingi Kabid Pemberantasan Kombes Pol Dinnar Widargo, di Ternate, dilansir Antara, Senin, 29 November.

Dia menjelaskan, ke-14 anak remaja itu di antaranya 6 siswa, 2 telah menikah, sopir angkot 1 orang, kerja bangunan 1 orang, dan selebihnya tidak bekerja.

Seusai didata dilakukan skrining atau pemeriksaan awal terhadap mereka, oleh petugas Rehabilitasi Klinik Pratama BNNP Malut.

"Dari hasil pemeriksaan itu, anak-anak dan remaja dengan kisaran usia 18-21 tahun ini telah menyalahgunakan bahan adiktif seperti lem, alkohol, dan minuman keras. Petugas rehabilitasi selanjutnya akan melakukan asesmen kepada masing-masing anak untuk mencari tahu sebab menyalahgunakan bahan adiktif tersebut dan rencana terapi selanjutnya, tapi sebelumnya mereka harus melengkapi data diri (KTP dan atau KK) serta didampingi orangtua untuk persetujuan terapi," kata Kepala BNNP Malut.

BNNP Malut telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2A) KotaTernate untuk data dan informasi serta pendampingan terhadap 14 anak ini serta bagaimana upaya mengatasi persoalan ini.

Sementara itu, dalam mengantisipasi peredaran narkoba di Malut, BNNP Malut melakukan pelatihan bagi petugas rehabilitasi bagi pecandu narkoba melalui kegiatan Peningkatan Kompetensi Petugas Rehabilitasi Melalui Pelatihan Ketrampilan Konseling Dasar dan Intervensi Krisis (UTC 4 dan 7).

Dia menyatakan, pelatihan ini untuk melakukan pendampingan bagi pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi. Sebab, narkoba mengakibatkan kerugian sosial ekonomi dan jiwa bagi pengguna narkoba, prevalensi pengguna narkoba di Malut dan kebijakan serta strategi bidang rehabilitasi dan kebijakan baru intervensi berbasis masyarakat.

Menurut dia, kegiatan ini tujuannya memberikan proses belajar dan kemampuan konseling dasar dalam memberikan layanan di berbagai tatanan terapi baik rawat jalan maupun rawat inap.