Akhyar Nasution Lawan Bobby di Pilkada Medan, Bagaimana Peluangnya?
插图(Irfan Meidianto / VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Duo Nasution yakni Bobby Nasution dan Akhyar Nasution, dinilai sama-sama punya kekuatan untuk Pilkada Medan. Akhyar punya basis dukungan akar rumput, sedangkan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) membawa kebaruan di Medan.

“Keduanya punya peluang hampir sama. Akhyar sebagai Plt Wali Kota Medan masih banyak peluang memaksimalkan popularitasnya, sementara Bobby karena bagian dari figur muda bisa mencoba memberikan tawaran baru perbaikan Kota Medan,” kata pengamat politik, Muryanto Amin saat dihubungi VOI, Minggu, 9 Agustus malam.

Dekan Fakulas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) ini menilai Akhyar memang punya peluang lebih mengelola dukungan akar rumput dibanding Bobby. Namun mesin partai tetap diuji untuk memastikan raupan suara untuk kandidat calon wali kota/wakil wali kota Medan. 

“Era demokrasi di pilkada langsung yang dicari itu figur. Jadi lebih kelayakan figur ketimbang institusi partai atau ormas atau masyarakat, itu supporting. Jadi kalau pun partai bagus, figurnya menjadi masalah, itu yang potensi kalah. Tapi kalau figur bagus masyarakat secara sadar akan mengidentikkan diri,” tuturnya.

Dari riset yang pernah dilakukan Muryanto, pemilih di Medan cenderung terpincut dengan daya tarik pribadi calon. Baru setelah Pilkada usai, masyarakat mulai menyoroti kinerja calon yang terpilih memimpin Kota Medan.

Isu pembenahan, pembangunan infrastruktur terkait kota dinilai hanya isu normatif yang biasa menjadi ‘jualan’ dalam kontestasi politik. Karenanya, kekuatan figur yang menjadi utama. 

“Walau (ada inkumben yang terpilih) gagal atau tidak maksimal mengelola pemerintah kota, tapi saat pilkada masyarakat lupa akan hal itu, cenderung apatis. Itu lahyang saya sebut tadi, orang tidak begitu peduli kelembagaan tapi terhadap figur,” sambungnya.

Soal peta politik Pilkada Medan, Muryanto menyebutnya belum pasti, karena belum ada parpol yang secara resmi memberikan surat rekomendasi dukungan terhadap calon.

Tapi keputusan PDI Perjuangan memecat Akhyar Nasution diprediksi bisa memecah kesolidan di internal partai itu.

“Akan terjadi perubahan internal PDIP terutama pola dukungan, masing-masing partai termasuk dukungan dari akar rumput PDIP,” sambung dia.

Jelang pendaftaran calon pada awal September, Akhyar Nasution merapat ke Demokrat dan PKS. Belakangan Akhyar dipecat PDIP karena indisipliner. Sedangkan Bobby Nasution sudah mengantongi dukungan sejumlah parpol yakni NasDem, Golkar, PAN dan Gerindra.

Sedangkan, Demokrat menegaskan komitmennya bersama PKS untuk berkoalisi di Pilkada Medan. Dua parpol ini mengusung Akhyar Nasution untuk duet bersama kader PKS Salman Alfarisi.

"Sejauh ini yang saya tahu masih seperti kemarin, bahwa Demokrat dan PKS masih tetap komitmen untuk berkoalisi mengusung calonnya dalam Pilkada Medan," kata Sekretaris DPC Partai Demokrat Medan, Parlindungan Sipahutar saat dihubungi.

Demokrat menurut Parlindungan masih menjadwalkan waktu untuk mengumumkan resmi mengusung Akhyar Nasution di Pilkada Medan. Akhyar sebelumnya menemui elite DPP Demokrat di Jakarta, meminta restu untuk dukungan di Pilkada Medan.