PBB Peringatkan Sistem Perbankan Afghanistan Bisa Runtuh dan Memperparah Kelaparan
Ilustrasi suasana di Kota Kabul, Afghanistan. (Wikimedia Commons/Christopher Killalea)

Bagikan:

JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Hari Senin mendorong tindakan segera untuk menopang bank-bank Afghanistan, memperingatkan lonjakan orang yang tidak dapat membayar kembali pinjaman, deposito yang lebih rendah dan krisis likuiditas tunai dapat menyebabkan sistem keuangan runtuh dalam beberapa bulan.

Dalam laporan tiga halaman tentang perbankan dan sistem keuangan Afghanistan yang dilihat oleh Reuters, Program Pembangunan PBB (UNDP) mengatakan biaya ekonomi dari runtuhnya sistem perbankan dan dampak sosial negatif yang diakibatkannya, "akan sangat besar."

Penarikan mendadak sebagian besar dukungan pembangunan asing setelah Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus dari Pemerintah Afghanistan yang didukung Barat, telah membuat ekonomi jatuh bebas, menempatkan tekanan berat pada sistem perbankan yang menetapkan batas penarikan mingguan untuk menghentikan laju simpanan.

"Sistem pembayaran keuangan dan bank Afghanistan sedang kacau. Masalah bank-run harus diselesaikan dengan cepat untuk meningkatkan kapasitas produksi Afghanistan yang terbatas dan mencegah sistem perbankan runtuh," kata laporan UNDP, mengutip Reuters 23 November.

Namun, menemukan cara untuk mencegah keruntuhan diperumit oleh sanksi internasional dan sepihak terhadap para pemimpin Taliban.

"Kami perlu menemukan cara untuk memastikan jika kami mendukung sektor perbankan, kami tidak mendukung Taliban," Abdallah al Dardari, kepala UNDP di Afghanistan, mengatakan kepada Reuters.

"Kami berada dalam situasi yang mengerikan, sehingga kami perlu memikirkan semua opsi yang mungkin dan kami harus berpikir di luar kebiasaan. Apa yang dulunya tidak terpikirkan tiga bulan lalu menjadi bisa dipikirkan sekarang," sambungnya.

Sistem perbankan Afghanistan sudah rentan sebelum Taliban berkuasa. Tetapi, sejak bantuan pembangunan telah mengering, miliaran dolar aset Afghanistan telah dibekukan di luar negeri. PBB dan kelompok-kelompok bantuan sekarang berjuang untuk mendapatkan cukup uang ke negara itu.

Sementara, Amerika Serikat bekerja sama dengan PBB, UNDP dan lembaga-lembaga internasional lainnya dan negara-negara "untuk menemukan cara untuk menawarkan likuiditas, untuk menanamkan, untuk memastikan bahwa rakyat Afghanistan dapat mengambil keuntungan dari dukungan internasional dengan cara yang tidak mengalir. ke dalam pundi-pundi Taliban," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.

Usulan UNDP untuk menyelamatkan sistem perbankan mencakup skema penjaminan simpanan, langkah-langkah untuk memastikan kecukupan likuiditas untuk kebutuhan jangka pendek dan menengah, serta opsi penjaminan kredit dan penundaan pembayaran pinjaman.

"Koordinasi dengan Lembaga Keuangan Internasional, dengan pengalaman luas mereka tentang sistem keuangan Afghanistan, akan sangat penting untuk proses ini," terang UNDP dalam laporannya, mengacu pada Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

PBB telah berulang kali memperingatkan sejak Taliban mengambil alih, ekonomi Afghanistan berada di ambang kehancuran yang kemungkinan akan semakin memicu krisis pengungsi. UNDP mengatakan, jika sistem perbankan gagal, perlu waktu puluhan tahun untuk membangunnya kembali.

Laporan UNDP mengatakan, dengan tren saat ini dan pembatasan penarikan, sekitar 40 persen dari basis deposit Afghanistan akan hilang pada akhir tahun. Dikatakan bank telah berhenti memberikan kredit baru, dan kredit macet hampir dua kali lipat menjadi 57 persen pada September dari akhir 2020.

"Jika angka kredit bermasalah ini terus berlanjut, mungkin perbankan tidak memiliki peluang untuk bertahan dalam enam bulan ke depan. Dan saya optimistis," terang al Dardari.

Likuiditas juga menjadi masalah. Bank-bank Afghanistan sangat bergantung pada pengiriman fisik dolar AS, yang telah berhenti. Ketika berbicara tentang mata uang afghani lokal, al Dardari mengatakan meskipun ada sekitar 4 miliar dolar afghani dalam perekonomian, hanya sekitar 500 juta dolar yang beredar.

"Sisanya disimpan di bawah kasur atau di bawah bantal karena orang takut," tukasnya.

Ketika PBB berusaha untuk mencegah kelaparan di Afghanistan, al Dardari juga memperingatkan tentang konsekuensi dari runtuhnya perbankan untuk pembiayaan perdagangan.

"Afghanistan tahun lalu mengimpor barang dan produk dan jasa senilai sekitar 7 miliar dolar AS, sebagian besar bahan makanan. Jika tidak ada pembiayaan perdagangan, gangguannya sangat besar. Tanpa sistem perbankan, semua ini tidak bisa terjadi," pungkasnya.