Studi: Pemulihan Habitat Paus di Abad ke-21 Bisa Pulihkan Fungsi Ekosistem yang Hilang Seratus Tahun Terakhir
Ilustrasi paus. (Unsplash/Vivek Kumar)

Bagikan:

JAKARTA - Studi pertama yang secara metodis menghitung berapa banyak makanan yang dimakan paus biru dan beberapa kerabat dekatnya telah menghasilkan jawaban sederhana: banyak sekali.

Paus biru, hewan terbesar dalam sejarah Bumi, makan sekitar 16 ton krill setiap hari di Pasifik Utara, melahap krustasea mirip udang kecil ini dengan sistem filter-makan di mulut menggunakan pelat balin yang terbuat dari keratin, zat yang ditemukan pada kuku manusia, kata para ilmuwan pada Hari Rabu.

"Itu kira-kira seberat satu bus sekolah yang terisi penuh," kata rekan penulis studi Nick Pyenson, kurator fosil mamalia laut di Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian Institution di Washington, mengutip Reuters 3 November.

Para peneliti menghitung asupan makanan harian untuk tujuh spesies paus balin, melacak 321 individu paus di Samudra Atlantik, Pasifik, dan Selatan dari 2010 hingga 2019.

Mamalia laut raksasa ini ditemukan makan hingga tiga kali lebih banyak daripada perkiraan sebelumnya, berdasarkan pada isi perut paus yang diburu atau ekstrapolasi dari mamalia laut yang lebih kecil.

Spesies lain yang dipelajari, paus bungkuk, sirip, kepala busur, kanan, minke Antartika hingga paus Bryde, juga melahap jumlah yang mengesankan. Paus Bungkuk Pasifik Utara dapat makan 9 ton krill setiap hari, sedangkan paus sirip mengkonsumsi 8 ton.

paus
Ilustrasi paus biru. (Wikimedia Commons/Oregon State University)

"Ini adalah jumlah makanan yang tak terbayangkan. Tapi paus besar itu sendiri tak terbayangkan. Paus biru seukuran dan berat Boeing 737," terang ahli biologi kelautan Universitas Stanford, Matthew Savoca, penulis utama studi yang diterbitkan dalam jurnal 'Nature'.

Untuk diketahui, Paus biru bahkan lebih besar dari dinosaurus terbesar, dapat mencapai panjang 110 kaki (33 meter) dan 200 ton.

Para peneliti menentukan seberapa sering setiap paus terlibat dalam perilaku makan menggunakan perangkat tag elektronik yang ditaruh di punggung hewan, dengan kamera, mikrofon, pencari GPS dan instrumen yang melacak pergerakan. Drone digunakan untuk memperkirakan ukuran area mulut paus dan berapa banyak mangsa yang bisa ditelannya. Metode akustik mengukur biomassa mangsa di dekatnya.

Paus balin memakan zooplankton, mangsa kecil termasuk krill, ikan atau krustasea yang disebut copepoda. Spesies terbesar lebih suka krill. Spesies yang lebih kecil seperti paus bungkuk, Bryde atau minke dapat memakan ikan gerombolan atau krill.

Kebanyakan paus balin tidak makan sepanjang tahun, memiliki siklus tahunan pesta atau kelaparan. Mereka makan sekitar 100 hari setiap tahun, biasanya selama musim kawin musim panas, sambil makan sedikit di sisa tahun. Berdasarkan makan 16 ton dalam sehari, paus biru akan mengkonsumsi mungkin 1.600 ton per tahun.

paus
Ilustrasi paus. (Unsplash/guille pozzi)

Asupan makanan bervariasi berdasarkan spesies, lokasi dan jenis mangsa. Di antara tiga populasi bungkuk yang diteliti, spesialis krill Pasifik Utara mengonsumsi 9 ton setiap hari, pemakan ikan Pasifik Utara 3,5 ton, dan spesialis krill Samudra Selatan 3 ton setiap hari.

Di antara spesies lainnya, paus kepala busur Arktik mengonsumsi 6 ton copepoda setiap hari, paus kanan Atlantik Utara 5 ton copepoda, 1 ton ikan South Atlantic Bryde, dan minke Samudra Selatan 0,69 ton krill.

Karena paus makan lebih banyak dari yang diketahui sebelumnya, mereka juga menghasilkan lebih banyak kotoran, sumber nutrisi laut yang penting. Dengan menangkap mangsa dan buang air besar, mereka membantu menjaga nutrisi tersuspensi di dekat permukaan laut untuk menghasilkan organisme mikroskopis penyerap karbon yang disebut fitoplankton yang membentuk dasar jaring makanan laut.

Pyenson mengatakan, perhitungan studi menunjukkan bahwa sebelum jumlah paus balin berkurang secara dramatis oleh perburuan paus industri abad ke-20, mereka telah mengkonsumsi lebih banyak makanan daripada semua biomassa krill dunia saat ini dan gabungan perikanan global.

"Implikasi dari angka-angka ini adalah, bahwa paus mendukung ekosistem laut yang jauh lebih produktif sebelum perburuan paus, dan bahwa mempromosikan pemulihan paus di abad ke-21 dapat memulihkan fungsi ekosistem yang hilang dalam seratus tahun terakhir," pesan Pyenson.