Faisal Basri Beri Ungkapan Pesimistis untuk Indonesia: Mustahil Ekonomi Tumbuh 5 Persen Kalau Kreditnya Cuma Naik 3 Persen
JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri mengatakan mustahil bagi Indonesia untuk meraih angka pertumbuhan 5 persen atau lebih apabila fungsi intermediasi perbankan masih tergolong berada di jalur landai.
Menurut dia, sektor jasa keuangan mempunyai peranan strategis dalam menstimulus aktivitas produktif masyarakat. Pasalnya, perbankan selama ini dikenal sebagai tulang punggung dunia usaha dalam mengakses permodalan maupun pembiayaan.
“Tidak mungkin ekonomi bisa tumbuh 5 persen kalau kreditnya cuma 3 persen,” ujar dia dalam webinar Bincang APBN 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan awal pekan ini.
Faisal mengungkapkan pula jika kondisi perekonomian RI sebenarnya tengah dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Dalam penilaiannya, indikasi ini bisa dilihat dari perputaran uang yang cenderung berada dalam lingkar destruktif.
“Sekarang SBN (surat berharga negara/surat utang) paling banyak dibeli sama bank karena kelebihan likuiditas akibat kredit tidak jalan. Baru kemudian nomor dua investor dan Bank Indonesia,” tuturnya.
Berdasarkan data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), disebutkan bahwa kredit pada Agustus 2021 tercatat tumbuh sebesar 1,16 persen secara tahunan (year-on-year/y-o-y) atau 1,91 persen sejak Januari 2021 (year-to-date/y-t-d).
Adapun dari sisi rate pertumbuhan, pemerintah melalui Kementerian Keuangan optimistis bisa mencapai level 3,7 persen sampai 4,5 persen.
Baca juga:
- Solusi Faisal Basri untuk Ekonomi Indonesia: Perlu Desain Transformasi Berbasis Keunikan seperti yang Pernah Dikatakan Bung Karno
- Faisal Basri Blak-blakan Sebut Indonesia 'Bandel' hingga Rugi Ratusan Triliun Gara-Gara Masih Ekspor Bijih Nikel ke China meski Dilarang
- Jokowi Bilang Smelter Freeport di Gresik Terbesar di Dunia, Faisal Basri: So What? Ada Manfaat untuk Negara?
- Faisal Basri: Hilirisasi Industri Nikel seperti Pembuatan Baterai Kendaraan Listrik Hanya Untungkan China
Sementara itu, Lembaga Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) melakukan koreksi ke bawah atas perkiraan pertumbuhan Indonesia 2021 menjadi 3,2 persen. Pemangkasan tersebut anjlok 0,7 persen dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 3,9 persen akibat merebak varian delta di Tanah Air.
Asal tahu saja, target pertumbuhan ekonomi minimal 5 persen sangat dibutuhkan RI untuk bisa meraih kesempatan menjadi negara maju pada 2045 seiring dengan puncak bonus demografi.
Apabila tidak bisa mencapai level tersebut, dikhawatirkan Indonesia akan terjebak dalam perangkap pendapatan menengah atau middle income trap.