Komandan Militer Nigeria Umumkan Pemimpin ISIS Afrika Barat Abu Musab al-Barnawi Tewas
JAKARTA - Jenderal tertinggi Nigeria mengatakan pada hari Kamis, Abu Musab al-Barnawi, pemimpin kelompok pemberontak ISIS Provinsi Afrika Barat (ISWAP), telah tewas.
ISWAP adalah cabang dari kelompok pemberontak Boko Haram yang telah berperang melawan angkatan bersenjata Nigeria selama 12 tahun. Kedua kelompok militan kemudian saling menyerang.
Konflik antara pemberontak dan angkatan bersenjata Nigeria, yang juga menyebar ke negara tetangga Chad dan Kamerun, telah menewaskan sekitar 300.000 orang dan jutaan orang bergantung pada bantuan.
"Saya secara otoritatif dapat mengkonfirmasi kepada Anda, Abu Musab telah meninggal," kata Lucky Irabor, kepala staf pertahanan, kepada wartawan di vila kepresidenan di Abuja, tanpa menjelaskan lebih lanjut, mengutip Reuters 15 Oktober.
Vincent Foucher dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis, seorang ahli kelompok pemberontak mengatakan, sumber menginformasikan kepadanya al-Barnawi terluka pada Agustus dalam bentrokan melawan pejuang Boko Haram dan meninggal kemudian, mungkin pada September.
Dia mengatakan, meskipun sulit untuk mendapatkan informasi yang solid, laporan kematian al-Barnawi tampaknya masuk akal, karena pemimpin ISWAP telah mengeluarkan sejumlah rekaman audio yang panjang pada Bulan Mei dan Juni tetapi telah benar-benar sunyi sejak Agustus.
Al-Barnawi adalah pemimpin ketiga kelompok pemberontak ISIS di Afrika Barat yang tewas tahun ini, setelah Abubakar Shekau dari Boko Haram pada Mei dan Adnan Abu Walid al-Sahrawi dari ISIS di Sahara Besar (ISGS) pada Agustus.
Sejak kematian Shekau, ribuan pejuang Boko Haram telah menyerah kepada angkatan bersenjata Nigeria, tetapi Foucher mengatakan kematian al-Barnawi tidak mungkin memiliki dampak yang sama pada ISWAP, karena kelompok itu telah melewati perubahan kepemimpinan.
Al-Barnawi telah mengundurkan diri antara 2019 dan 2021, dengan dua atau mungkin tiga pemimpin lain mengambil alih selama periode itu.
"Situasi kedua kelompok sangat berbeda. Shekau adalah pemimpin otokratis dari sebuah organisasi yang berpusat di sekitarnya," terang Foucher.
Putra pendiri
Al-Barnawi adalah putra pendiri Boko Haram, Muhammad Yusuf, yang pembunuhannya oleh polisi pada tahun 2009 merupakan salah satu pemicu kelompok itu untuk melancarkan pemberontakan skala penuh di timur laut Nigeria.
Setelah kematian Yusuf, Shekau menjadi pemimpin Boko Haram. Di bawah kepemimpinannya, ia melakukan kampanye pengeboman, pembunuhan, dan penculikan massal. Pada tahun 2014, kelompok ini menjadi terkenal di seluruh dunia ketika melakukan aksi penculikan 270 gadis dari sekolah mereka di Kota Chibok.
Pada 2015, Shekau berjanji setia kepada ISIS, tetapi pada tahun berikutnya ISIS menyebut al-Barnawi sebagai pemimpinnya di Afrika Barat.
Shekau menolak penurunan pangkatnya dan keduanya berpisah, dengan al-Barnawi memindahkan para pejuang ISWAP-nya ke tepi Danau Chad, di mana mereka menjadi pemberontak yang dominan.
Pada bulan Juni tahun ini, al-Barnawi mengumumkan dalam rekaman audio Shekau telah meninggal pada bulan Mei, setelah meledakkan alat peledak saat dikejar oleh pejuang ISWAP setelah pertempuran.
Baca juga:
- Tegas ke China, Menteri Pertahanan Taiwan: Kami Tidak akan Memicu Perang, Tapi Siap Hadapi Musuh
- Intelijen Iran Tangkap 10 Mata-mata Asing, Nama Azerbaijan, Israel hingga Amerika Serikat Disebut-sebut
- Sebut Tidak Larang Utusan Khusus ASEAN Kunjungi Myanmar, Rezim Militer Larang Pertemuan dengan Aung San Suu Kyi
- Ismail Haniyeh Telepon Tahanan Palestina di Penjara Israel yang Mogok Makan, Hamas Pastikan Prioritas Pembebasan
Pada tahun-tahun sebelumnya, pihak berwenang Nigeria secara keliru mengumumkan kematian Shekau beberapa kali.
Prancis mengumumkan sebulan lalu, pasukannya telah membunuh pemimpin ISGS al-Sahrawi. ISGS adalah afiliasi ISIS di Sahel, sebidang tanah di bawah Gurun Sahara yang mencakup negara-negara seperti Mali, Niger, dan Burkina Faso.
Tingkat koordinasi antara ISWAP dan ISGS tidak jelas, tetapi ada tanda-tanda peningkatan kontak antara kedua cabang dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena militan ISGS memperluas pengaruh mereka di Niger selatan.